Investasi reksa dana sudah lama naik daun di kalangan baby boomer maupun generasi millenial, tetapi masih banyak hal yang tidak diketahui orang tentangnya. Salah satu hal yang sering dipertanyakan oleh investor reksa dana adalah tentang berapa produk reksa dana yang sebaiknya dimiliki dalam portofolio.
Reksa dana itu sendiri sebenarnya sudah merupakan produk investasi terdiversifikasi. Dana yang terhimpun dalam setiap produk reksa dana akan dialokasikan oleh manajer investasi (MI) ke beberapa saham (untuk reksa dana saham), beberapa obligasi (untuk reksa dana pendapatan tetap), dan seterusnya. Belum lagi setiap reksa dana pasti mengalokasikan sebagian kecil dana untuk disimpan dalam aset lebih aman seperti di pasar uang.
Terlepas dari semua itu, menyimpan semua dana investasi dalam satu produk reksa dana saja bukanlah tindakan yang bijak. Apabila bidang investasi reksa dana itu bergejolak atau MI bermasalah, maka investor bakal langsung menanggung kerugian besar. Kita dapat menyaksikan banyak contoh tragedi seperti ini ketika bursa ambruk akibat pandemi COVID-19 pada awal tahun 2020. Banyak pemilik reksa dana saham menyaksikan portofolionya merosot antara puluhan persen hingga lebih dari 100 persen dalam waktu singkat.
Jadi, berapa jumlah koleksi produk reksa dana yang bagus agar kita mampu mengoptimalkan return dan menekan risiko? Pada dasarnya, tidak ada peraturan baku tentang berapa banyak koleksi produk reksa dana yang tepat. Setiap investor dapat menentukannya sesuai dengan toleransi risiko dan target investasi masing-masing. Tapi ada tiga konsep kunci yang harus dipahami terlebih dahulu.
- Jangan menyimpan semua uangmu dalam satu produk reksa dana saja.
- Upayakan untuk melakukan diversifikasi dengan dua tingkat, yaitu lintas aset dan lintas sektor. Apa maksudnya? Diversifikasi lintas aset artinya kita perlu berinvestasi dalam jenis aset berbeda-beda, seperti saham, obligasi, dan pasar uang. Diversifikasi lintas sektor artinya meragamkan bidang usaha di mana uang kita diinvestasikan, misalnya sektor FMCG, sektor Perbankan, sektor Tambang, dan seterusnya.
- Jangan menyebar dana investasi ke terlalu banyak produk reksa dana hingga kita kesulitan untuk memantaunya. Kapabilitas pemantauan setiap orang tentu berbeda-beda, sehingga kita perlu peka terhadap kemampuan pribadi terkait poin terakhir ini.
Salah satu contoh diversifikasi yang populer untuk investasi jangka panjang adalah menyimpan dana dalam dua produk reksa dana dari jenis berbeda. Misalnya sebesar 70 persen dana investasi dialokasikan ke reksa dana saham, sedangkan 30 persen sisanya untuk reksa dana pasar uang.
Ada juga yang menganut diversifikasi tiga produk karena investor memiliki dua target investasi jangka pendek dan jangka panjang yang berbeda. Contohnya mengalokasikan 40 persen dana ke reksa dana saham, 30 persen reksa dana pendapatan tetap, dan 30 persen reksa dana pasar uang.
Nah, setelah mengetahui semua ini, berapa banyak produk reksa dana yang akan Anda koleksi? Pilihan ada di tangan Anda sendiri. Yang penting, ingat-ingatlah ketiga konsep kunci di atas dengan cermat.
Tagged With : investasi jangka panjang • investasi masa depan • reksadana