Tips Investasi Reksa Dana Saham Paling Jitu

Reksa dana saham diprediksi bakal gemilang pada tahun 2021 mendatang. Namun, banyak calon investor khawatir kalau-kalau kejatuhan reksa dana saham tahun 2020 lalu terulang kembali. Prospek kenaikan aset investasi apa pun memang tidak pernah bisa dipastikan 100 persen, tetapi hal ini sebenarnya bukanlah alasan bagi kita untuk menghindari investasi reksa dana saham.

Nyatanya, masih ada dua reksa dana saham yang mendapatkan tempat dalam sepuluh besar dalam daftar reksa dana paling untung tahun 2020 lalu meski IHSG luluh lantak. Ini artinya, ada peluang investasi akan unggul pada situasi apa pun. Apalagi jika Anda menerapkan beberapa tips investasi reksa dana saham paling jitu berikut ini.

Tips Investasi Reksa Dana Saham Paling Jitu

1. Sesuaikan dengan Profil Risiko Anda

Apakah Anda termasuk investor yang siap menghadapi risiko (risk-taker), atau tidak suka menanggung risiko (risk-averse)? Kalau Anda termasuk risk-taker, reksa dana saham bisa jadi cocok untuk masuk portofolio. Tapi kalau Anda termasuk risk-averse, sebaiknya memilih reksa dana pendapatan tetap saja yang sudah terbukti unggul sepanjang gejolak tahun 2020.

2. Tentukan Target Investasi Anda

Reksa dana saham cocok untuk target investasi jangka panjang, atau minimum 5 tahun. Kalau Anda berniat mencairkan dana investasi dalam tempo kurang dari 5 tahun, sebaiknya memilih jenis reksa dana lain. Tapi kalau siap menyimpan reksa dana bertahun-tahun ke depan, reksa dana saham merupakan pilihan yang tepat.

3. Berinvestasi dengan Prinsip Menabung (Dollar-Cost Averaging/DCA)

NAB reksa dana saham cenderung fluktuatif, atau sering naik turun. Alhasil, investor sebaiknya berinvestasi secara bertahap daripada lump-sum. Sisihkan saja beberapa rupiah dari pendapatan bulanan Anda untuk reksa dana saham, sedangkan bonus atau THR dari perusahaan sebaiknya diinvestasikan dalam produk investasi lain.

4. Hindari All-In

Banyak investor pemula lebih suka menggelontorkan semua modal yang dimiliki ke dalam satu produk investasi saja. Padahal, ini bukan tindakan bijak. Bayangkan jika reksa dana saham benar-benar jatuh lagi seperti tahun 2020, Anda akan menghadapi portofolio minus tanpa bisa berbuat apa-apa. Oleh karena itu, bagilah modal investasi ke dalam beberapa reksa dana.

Sekalipun Anda tergolong risk-taker, sebaiknya jangan masukkan lebih dari 70% modal ke dalam reksa dana saham. Sebanyak 30% modal sisanya (atau lebih) dapat disimpan dalam reksa dana pendapatan tetap atau reksa dana pasar uang yang lebih terlindungi dari gejolak pasar.

5. Atur Autodebet

Kita bisa membeli reksa dana sendiri secara manual, tetapi juga bisa mengatur autodebet pembelian reksa dana secara otomatis. Ini merupakan solusi jitu untuk investasi reksa dana saham bagi karyawan bergaji tetap. Aturlah autodebet setiap awal bulan agar reksa dana saham terbeli sebelum gaji ludes. Selanjutnya, Anda tidak perlu membuka portofolio lagi sampai tahun depan.

Dengan cara ini, Anda akan rajin berinvestasi sekaligus terhindar dari kegelisahan ketika menyaksikan return reksa dana saham sedang turun. Toh sebenarnya reksa dana saham bertarget jangka panjang, jadi Anda tak perlu menghiraukan fluktuasi jangka pendek.

Tagged With :

Leave a Comment