Akibat krisis yang ditimbulkan pandemi covid-19, banyak pekerjaan kantoran yang dipindahkan ke rumah. Pada tahap awal, mungkin dibutuhkan penyesuaian dengan pola kerja yang bar ini, terutama di kalangan millenial dan Gen Z. Menurut sebuah survey yang dilakukan Deloitte Global Millennial pada Tahun ini, 45% karyawan muda ini belum pernah bekerja dari rumah sebelum pandemi terjadi. Sementara itu, di awal pandemi, hanya sekitar 33% pekerja usia muda ini yang belum pernah bekerja dari jauh (remote working).
Sejak bulan Mei 2020, perpindahan ke sistem bekerja dari rumah (work from home, WFH) secara umum dipandang positif oleh karyawan. Lebih dari 60% generasi muda mengatakan bahwa mereka menyukai opsi WFH setelah terjadinya krisis ini, dan menggunakan teknologi video conferencing, daripada datang langsung ke tempat kerja.
Bekerja dari Rumah: Apa Kata Mereka?
Dari Sudut Pandang Pekerja
Dari segi finansial, manfaat WFH begitu nyata bagi para pekerja. Bekerja dari rumah menghemat biaya transportasi, pakaian kerja, maupun jasa laundry. Selain itu, sekitar 2 per tiga kaum millenial merasa bahwa WFH membantu mereka menciptakan keseimbangan antara kehidupan kerja dengan kehidupan pribadi (work/life balance). Separuh responden dari survey di atas (terutama para orang tua dan mereka yang berada di posisi pemimpin) juga mengatakan bahwa mereka lebih mampu menemukan diri sendiri dengan cara bekerja di rumah.
Lebih luas lagi, sekitar 70% kaum millenial dan gen Z mengatakan bahwa opsi bekerja dari rumah setelah pandemi covid-19 membantu meringankan stress mereka. Ini adalah manfaat yang cukup besar bagi para karyawan. Pasalnya sebelum pandemi, sekitar sepertiga kaum Millenial dan Gen Z sengaja mengambil waktu libur atau cuti untuk melepaskan diri dari stress akibat pekerjaan.
Dari Sudut Pandang Perusahaan
Jika dilakukan dengan benar, sistem WFH dapat memberikan banyak manfaat bagi karyawan. Selain meminimalisir resiko stress akibat pekerjaan, sebuah penelitian di Tahun 2015 yang dilakukan CoSo Cloud menemukan bahwa 77% pekerja paruh waktu dan fulltime merasa lebih produktif jika mereka bekerja dari rumah. Sementara itu, hampir seperti mengatakan bahwa mereka bisa menyelesaikan pekerjaan lebih cepat jika bekerja dari rumah.
Secara terpisah, sebuah studi di Stanford menemukan bahwa karyawan yang bekerja secara fleksibel ternyata mengambil cuti lebih sedikit, lebih jarang izin tidak masuk karena sakit, dan lebih sedikit libur. Ternyata, perusahaan yang memperbolehkan karyawannya mengambil sistem WFH ternyata lebih banyak dipimpin wanita dibanding pria. Dalam waktu normal, pekerjaan dengan sistem fleksinel ini memberikan fleksibilitas bagi orang tua yang bekerja. Sistem inilah yang tidak tersedia dari kantor konvensional.
Isu Lingkungan Hidup
Sistem kerja fleksibel juga lebih ramah terhadap keberlangsungan lingkungan hidup, karena jejak karbon yang dihasilkan perusahaan lebih sedikit. Ini adalah isu yang sangat penting bagi karyawan muda, baik sebelum maupun setelah pandemi ini.
Jadi, jelas sekali bahwa sistem kerja fleksibel dapat memberikan banyak manfaat, baik bagi perusahaan maupun karyawannya. Namun, pindah dari sistem kerja lama ke model digital saja tidaklah cukup. Pihak perusahaan harus memastikan bahwa orang-orangnya maupun budaya kerjanya juga beradaptasi dengan sistem baru (WFH). Krisis saat ini mungkin merupakan sebuah ujian bagi perusahaan, untuk melihat sejauh mana mereka bisa mampu meraih manfaat dari WHF tersebut.
Bekerja dari Rumah: Bagaimana Prospeknya di Masa Depan?
Mungkin, banyak yang mempertanyakan keberlanjutan sistem bekerja dari rumah ini. Saat ini, mungkin ada perusahaan yang hanya ikut-ikutan, sementara mereka tidak menyesuaikan sistem dan budaya kerja perusahaan secara keseluruhan. Survey Deloitte Global Millennial menemukan hal-hal sebagai berikut:
- Dua pertiga dari responden mengatakan bahwa teknologi IT yang dimiliki perusahaan membuat mereka bisa berkomunikasi secara efektif dan meneruskan pekerjaan mereka selama pandemi.
- Dua pertiga responden mengatakan bahwa perusahaan menyediakan jam kerja yang fleksibel serta menyediakan kebijakan untuk mendukung karyawan yang sedang WFH;
- Separuh responden mengatakan bahwa perusahaan menyediakan program pendidikan dan peningkatan keahlian yang dibutuhkan untuk WFH. Pihak manajemen perusahaan juga percaya bahwa karyawan tetap produktif sekalipun bekerja di luar kantor;
Pemimpin Deloitte Global sendiri cukup terkejut dengan temuan survei ini. Ternyata, dunia bisnis mampu beradaptasi dengan baik pada situasi yang tidak diprediksi seperti pandemi saat ini. Sebagian besar karyawan ternyata mampu menyesuaikan diri untuk bekerja secara virtual dalam waktu yang sangat singkat. Meski demikian, ia juga mengingatkan bahwa perusahaan harus memperhatikan dinamika bekerja masing-masing karyawan, karena bisa jadi kemampuan adaptasi mereka itu tidak berkelanjutan dalam jangka panjang, jika perusahaan tidak fokus pada elemen-elemen yang tepat.
Secara umum, perusahaan di seluruh dunia baru saja menyadari pentingnya bekerja dari rumah, baik untuk perusahaan sendiri maupun bagi karyawannya. Mereka tetap harus mengkaji ulang sistem kerja dan budaya organisasi agar tetap berkelanjutan. Semuanya harus disesuaikan, dan adaptasi tersebut mungkin lebih cepat atau lambat.
Tagged With : Aneka Bisnis • berita bisnis