5 Mitos Tentang Reksa Dana yang Terbukti Salah

Banyak orang merasa segan berinvestasi reksa dana dengan beragam alasan. Mungkin Anda salah satunya. Padahal alasan-alasan itu bisa jadi bersumber dari mitos yang tidak benar. Nah, coba tengok beberapa mitos di bawah ini, siapa tahu keengganan untuk berinvestasi reksa dana itu akan terpecahkan.

1. “Investasi reksa dana hanya untuk orang kaya”

Beberapa puluh tahun lalu, investasi reksa dana memang berfokus pada orang-orang berada. Tapi kini sudah tidak lagi. Siapa saja bisa mulai berinvestasi reksa dana dengan modal mulai dari Rp10,000. Kita dapat memperoleh akses untuk membeli reksa dana di cabang-cabang bank terdekat atau bahkan aplikasi seluler yang bisa diunduh dari PlayStore.

Ulasan Lengkap Cara Kerja Investasi Reksadana

2. “Investasi reksa dana hanya untuk orang yang sudah bekerja”

Pembukaan rekening investasi reksa dana memang akan membutuhkan berkas-berkas seperti e-KTP yang hanya dimiliki oleh orang dewasa. Tapi dokumen itu sebenarnya dapat diganti dengan NIK (Nomor Induk Kependudukan) dari Kartu Keluarga (KK). Anda juga bisa membuatkan rekening investasi reksa dana untuk melatih anak-anak berinvestasi Pilihlah produk reksa dana pasar uang yang menawarkan pertumbuhan lebih stabil dalam jangka panjang.

3. “Sebelum berinvestasi harus bisa analisis dulu”

Faktanya, investasi reksa dana tidak membutuhkan analisis serumit saham atau forex. Modal yang Anda setorkan kepada produk reksa dana tertentu, selanjutnya akan dikelola oleh manajer investasi. Jadi, Anda tidak perlu melakukan analisis fundamental ataupun teknikal sendiri. Anda cukup mengetahui cara memilih manajer investasi unggulan dan menyesuaikan pilihan produk reksa dana dengan target investasi ke depan.

4. “Reksa dana sama saja dengan saham”

Ini merupakan kesalahpahaman yang muncul karena tingginya popularitas reksa dana saham. Padahal nyatanya ada berbagai jenis reksa dana, termasuk reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana campuran. Setiap jenis reksa dana memiliki aturan pengelolaan dana berbeda-beda, sehingga tidak semuanya akan masuk ke saham.

5. “Reksa dana sudah dikelola manajer investasi, sehingga tidak perlu dievaluasi lagi”

Mitos ini berlawanan dengan mitos nomor tiga di atas. Asumsi ini muncul di kalangan orang-orang yang sudah mengetahui bahwa reksa dana dikelola oleh manajer tersendiri, sehingga mereka cenderung abai terhadap perkembangan portofolionya. Padahal kita harus selalu mengevaluasi kesesuaian portofolio dengan target investasi dan kondisi pasar.

Umpamanya pada awal tahun 2020 ini bursa saham ambruk karena terdampak pandemi COVID-19. Dalam situasi seperti ini, reksa dana saham dapat diperkirakan akan selalu lesu. Daripada terus menyetorkan dana ke reksa dana saham, ada baiknya Anda beralih ke reksa dana pendapatan tetap atau pasar uang yang berisiko lebih rendah. Jadi, Anda tetap perlu mengenal kondisi pasar walaupun tidak perlu melakukan analisis teknikal dan fundamental terperinci.

Tagged With :

Leave a Comment