Ketika Ben Leonard mendirikan bisnis e-commerce-nya sebelumnya, yakni Beast Gear, ia merasa frustrasi karena kualitas dari produk yang tidak sesuai harapannya. Ia mulai mempertimbangkan model lain, dan menciptakan produk sendiri dengan mengkombinasikan beberapa fitur yang ia sukai ke dalam prototipe produk yang sedang dibuat. Kemudian, ia melakukan ujicoba bersama rekan-rekannya di gym. Berbekal feedback dari rekan-rekannya, ia mulai menyusun rencana membangun brand e-commerce milik sendiri dan memperkenalkan Beast Rope, dan mempromosikannya melalui video demonstrasi di YouTube.
Hal ini terjadi di Tahun 2016, dan tali lompat terlaris yang ia ciptakan menjadi fondasi yang kuat untuk berdirinya Beast Gear, sebuah toko perlengkapan olah raga dan fitness online. Ia mengembangkan bisnisnya hingga mencapai pendapatan tahunan 7 digit, dan menjual produknya di Thrasio. Sejak saat ini, ia mulai mengumpulkan pengalaman menciptakan brand sendiri mulai dari nol. Tinggal di UK, ia juga menjalankan sebuah bisnis konsultan e-commerce, yakni Ben Leonard E-Commerce Mentoship dan Ecom Brokers, sebuah perusahaan pialang e-commerce.
Mengapa Semakin Banyak Orang Tertarik Membangun Brand E-Commerce?
Leonard juga berbagi pengalaman dengan calon pengusaha atau pengusaha e-commerce lainnya melalui sebuah program kursus bernama Product Empire. Banyak pengusaha baru ingin mengikuti jejaknya, terutama di bisnis e-commerce. Bisnis ini semakin menjanjikan, terutama karena semakin tingginya minat masyarakat untuk berbelanja online setelah pandemi covid-19. Di Amerika Serikat saja, penjualan e-commerce tercatat mencapai $268,12 milyar di kwartal pertama tahun itu, dan angka ini menyumbang 22.2% dari seluruh penjualan di AS.
Namun, persaingan di bidang ini juga semakin ketat. Di industri yang saat ini didominasi oleh para pemain raksasa seperti Amazon, maka salah satu strategi pengusaha untuk membangun brand e-commerce dan mempertahankannya di tengah persaingan adalah menemukan keunikan dari produk atau jasa yang ditawarkan, sebuah fitur yang tidak ditemukan dari brand lain. Menurut Leonard, kesalahan yang kerap dilakukan para pelaku bisnis e-commerce adalah terlalu fokus mendapatkan keuntungan dengan menjual barang, bukannya membangun sebuah brand.
Bagaimana Membangun Brand E-Commerce dari Nol?
Lalu, bagaimana caranya membangun sebuah brand e-commerce yang kuat di sebuah usaha mikro atau usaha dengan komposisi tim yang sangat kecil? Intinya adalah memahami konsumen anda dan masalah yang mereka hadapi, belajar mengembangkan produk yang menyelesaikan masalah konsumen secara lebih efektif, serta mencari cara-cara terbaik untuk memasarkannya. Menurut Leonard, berikut adalah beberapa strategi untuk membangun brand e-commerce sendiri:
- Pahami apa itu brand. Ada begitu banyak perdebatan tentang apa yang dimaksud dengan sebuah brand. Namun pada dasarnya, menurut Leonard, brand adalah sekelompok produk atau jasa yang menyelesaikan masalah sekelompok orang. Namun, membuat produk atau jasa yang berguna saja tidaklah cukup untuk menjadi sebuah brand. Brand adalah bagaimana anda membentuk perasaan orang tentang produk atau jasa. Idelnya, brand merencanakannya dengan baik, dan marketing adalah kendaraan untuk menyampaikannya perasaan tersebut. Di atas kertas, anda bisa memiliki DNA brand terbaik, namun jika tak seorangpun mengenal produk atau jasa anda, apa gunanya?
- Utamakan manusia, baru produk. Langkah pertama anda mestinya adalah menemukan konsumen sasaran, bukan produk atau jasa yang akan ditawarkan. Ketika Leonard menjalankan Beast Gear, target pasarnya adalah para pengguna fitness center, yang benar-benar serius dengan program workout fisiknya dan menginginkan produk berkualitas tinggi. Leonard menyukai orang-orang yang berani membangun brand seputar hal-hal yang mereka sukai, karena mereka bisa mengenali siapa target konsumennya dengan baik.
- Ketahui apa yang membuat produk anak unik. Semakin jelas anda bisa menjelaskan kepada konsumen apa yang membedakan produk / jasa yang anda tawarkan dan mengapa produk/jasa anda lebih baik dibanding opsi lainnya, maka semakin mudah bagi mereka untuk memahaminya. Jika anda ingin membangun brand e-commerce sendiri, maka mulailah dari apa-apa yang anda sukai. Alokasikan waktu untuk memahami dan menyempurnakan cara mengkomunikasikannya dengan konsumen. Anda tentu ingin memahami posisi unik anda, baik di tingkat produk maupun brand.
- Singkirkan Mindset ‘Pekerjaan Sampingan’. Banyak orang awalnya memandang e-commerce sebagai suatu cara untuk menambah penghasilan dari pekerjaan tetap mereka saat ini. Mindset seperti ini bisa jadi keliru, jika anda ingin membangun sebuah brand yang berharga. Ketika anda melakukannya, sadar atau tidak, anda tidak begitu memperdulikan apa yang bisa anda capai karena itu hanya pekerjaan sampingan atau cara lain untuk mencari uang. Sebaliknya, jika anda memperlakukannya sebagai ‘anak kandung’ atau brand yang sedang berkembang, maka anda akan memberi ruang dan kebebasan untuk mewujudkan target-target anda.
Selain empat strategi di atas, masih ada sejumlah strategi jitu membangun brand e-commerce sendiri mulai dari nol. Beberapa strategi di atas masih fokus pada konsep dasar, latar belakang, dan pola pikir tentang brand yang akan dibangun. Dapatkan pembahasan secara lebih mendalam pada post berikutnya.
Tagged With : industri e-commerce • manajemen bisnis