Investor saham dan reksa dana sama-sama ketar-ketir belakangan ini. Pasalnya, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melempem sepanjang tahun 2024.
Investor saham mungkin masih bisa memperoleh dividen saat harga saham turun, jika perusahaan emitennya masih berkinerja baik dan memperoleh laba. Namun, bagaimana nasib investor yang dananya terparkir pada reksa dana saham berkinerja minus? Apa yang bisa kita lakukan untuk menangani reksa dana saham yang jelek?
Pengelolaan reksa dana saham berada di tangan Manajer Investasi. Investor tidak perlu pusing memilih saham yang bagus, membayar biaya broker, menghitung pajak, ataupun mengelola portofolio; karena Manajer Investasi akan menangani semuanya.
Keuntungan investor reksa dana bersumber dari kenaikan Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan (NAB/UP). Saat harga saham dalam portofolio suatu reksa dana meningkat, maka NAB/UP juga akan naik. Sebaliknya, NAB/UP juga akan turun saat harga saham turun.
Perolehan dividen juga akan masuk dalam kalkulasi NAB reksa dana saham. Akan tetapi, nilainya biasanya tak signifikan karena manajer seringkali membaurkan saham-saham yang rajin dan pelit bagi dividen dalam satu portofolio. Inilah alasan mengapa NAB reksa dana saham kadang-kadang terkesan lebih susah untuk rebound dibandingkan portofolio saham yang dikelola secara mandiri oleh investor berpengalaman.
Untuk menyiasati reksa dana saham yang berkinerja minus, ada tiga opsi yang dapat dilakukan oleh investor:
- Opsi “average down” atas saham berkualitas
Periksalah fund fact sheet dari reksa dana saham yang berkinerja buruk. Catatlah saham-saham mana saja yang tercantum dalam dokumen tersebut, kemudian selidikilah kondisi fundamental masing-masing saham. Apabila ada saham yang punya fundamental baik tapi harganya masih murah, belilah saham tersebut melalui mekanisme bursa biasa (investasi saham langsung dan bukan melalui reksa dana) ketika IHSG menunjukkan tanda-tanda akan bangkit.
- Opsi “hedging” dengan melakukan “short-selling“
Opsi ini merupakan kebalikan dari trik pertama, serta akan sangat sesuai ketika IHSG diprediksi bakal merosot lebih lanjut. Dari daftar saham dalam fund fact sheet yang sama, catatlah saham-saham mana saja yang memiliki fundamental buruk tapi harganya masih mahal. Terakhir, lakukanlah short-selling atas saham tersebut.
- Opsi “switching“
Opsi pertama dan kedua sama-sama berisiko tinggi dan membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga kurang cocok bagi investor bermodal pas-pasan. Alternatifnya, investor dapat mempertimbangkan untuk “switching” alias mengalihkan modalnya ke reksa dana pasar uang atau jenis investasi lainnya.
Saat melakukan switching, investor harus terlebih dahulu merealisasikan kerugian pada reksa dana saham yang dimilikinya. Ia akan terhindar dari kerugian yang lebih besar dalam reksa dana saham tersebut, tetapi harus siap menanggung kerugian yang sudah timbul. Sebagai gantinya, ia dapat mengakumulasi modal lagi dari laba yang diperoleh pada investasi hasil peralihannya kelak.
Opsi terakhir ini juga sangat sesuai bagi investor pemula yang tidak punya waktu untuk menganalisis banyak saham. Apalagi, aplikasi investasi online saat ini sudah memiliki fitur switching yang ramah pengguna. Cukup menentukan jenis reksa dana lain untuk jadi target peralihan dana, lalu ikuti prosedur switching sesuai panduan aplikasi.
Tagged With : investasi online • reksadana • saham