Sebagai investor, Anda tentu tahu bahwa iklim pasar saham tidak selamanya cerah. Faktanya, jika kita menilik grafik indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mengukur performa bursa Indonesia, maka akan nampak bahwa kinerja investasi naik-turun dari waktu ke waktu. Secara khusus, IHSG biasanya mengalami kenaikan menjelang akhir tahun dan pada awal tahun, kemudian mangkrak pada antara kuartal kedua dan ketiga. Sebagaimana nampak dalam grafik IHSG yang menggambarkan fluktuasi selama satu tahun terakhir di bawah ini:
Nah, ketika IHSG sedang lesu, apa yang dapat dilakukan oleh investor? Jawabannya sangat banyak. Berikut ini tiga diantaranya:
1. Serok Bawah
Bagi sebagian orang, saat IHSG lesu justru saatnya memborong atau serok bawah. Istilah “serok bawah” sering digunakan dalam konteks “membeli saham emiten berkinerja bagus saat harganya sedang terkoreksi”. Lazim juga disebut “buy on weakness”.
Untuk melakukan tindakan ini, Anda terlebih dahulu perlu memiliki daftar saham-saham berprospek cemerlang. Setelah itu, cek bagaimana PER dan PBV masing-masing untuk menentukan apakah harga saham sudah ideal untuk diborong. Apabila PER dan PBV dianggap kuno, Anda juga bisa menggunakan analisis teknikal saham untuk memastikan harga beli yang tepat bagi saham-saham tersebut.
2. Reka Ulang Portofolio
Apabila Anda termasuk investor saham jangka panjang, maka saat IHSG lesu bisa dimanfaatkan untuk mengevaluasi ulang portofolio Anda. Sisihkan saham-saham yang kinerjanya mulai dipertanyakan untuk cut loss pada saat yang tepat. Selanjutnya, koleksi saham-saham yang prospek kinerjanya lebih baik.
Anda juga tak perlu terburu-buru panik jika saham favorit yang sudah dikoleksi malah mengalami penurunan harga. Apabila itu hanya merupakan koreksi sejenak (tidak ada masalah besar dalam kondisi perusahaan), maka itu justru peluang untuk meningkatkan koleksi Anda.
3. Melirik Aset Investasi Lain
Pilihan ketiga ini dapat diambil oleh Anda yang kurang mahir menganalisis aset keuangan. Daripada bertaruh pada rumitnya memilih saham saat IHSG lesu, ada baiknya melirik investasi lain seperti reksa dana.
Asal tahu saja, banyak reksa dana yang kinerjanya tetap juara, meskipun IHSG lesu. Pada awal tahun 2019 ini saja, terdapat sejumlah saham yang nyata memberikan return lebih tinggi dibandingkan IHSG. Misalnya Simas Syariah Unggulan, Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS, Shinhan Equity Growth, Schroder Dana Istimewa, HPAM Ultima Ekuitas 1, dan masih banyak lagi. Reksa dana saham maupun jenis reksa dana lain dikelola oleh manajer investasi profesional, sehingga Anda tak perlu bingung sendiri menentukan keputusan beli atau jual.
Tagged With : investasi • reksadana • saham