4 Metode Sederhana untuk Evaluasi Kinerja Investasi

Bagi investor saham, evaluasi kinerja investasi merupakan suatu keharusan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah investasi anda berjalan di rel yang sesungguhnya atau ada masalah yang harus diselesaikan segera. Biasanya, investasi yang dikelola oleh dua manajer investasi yang berbeda akan menghasilkan kinerja yang berbeda pula. Tidak ada dua orang yang kinerjanya benar-benar sama. Bukan berarti salah satunya berbohong atau memanipulasi data. Namun, kinerja investasi pastinya dipengaruhi banyak hal.

Evaluasi Kinerja Investasi: 4 Alat Ukur Evaluasi

Ada beberapa alat ukur kinerja investasi yang bisa anda coba. Jika tidak yakin dengan salah satu tool, cobalah menggunakan dua alat ukur berikut:

evaluasi kinerja investasi

Kenaikan Persentase

Misalnya, anda berinvestasi senilai Rp. 100.000.000. Dalam waktu 2 tahun, nilai investasi anda telah menjadi Rp. 150.000.000. Kenaikannya adalah 50%. Apakah itu berarti anda mendapatkan keuntungan 25% per tahun. Perhitungan persentase kenaikan investasi tidaklah sesederhana itu. Kinerja investasi anda pastinya berbeda antara tahun pertama dan tahun kedua.  Jika persentase keuntungan di tahun kedua lebih besar daripada tahun pertama, artinya investasi anda berkembang dengan baik.

Persentase, Tahun per Tahun

Misalnya, di tahun pertama nilai investasi anda naik dari Rp. 100.000.000,- menjadi Rp. 120.000.000. Kemudian, di tahun kedua naik menjadi Rp. 150.000.000,-. Artinya, angka kenaikan dalam dua tahun berturut-turut adalah: 20% dan 25%. Jika dirata-ratakan, kenaikannya menjadi 22,5%. Apakah itu penghasilan rata-rata pertahun yang anda dapat? Angka 22.5% masih lebih masuk akal dibanding rata-rata 25% pada contoh kasus di atas. Padahal, nilai investasinya sama dan periodenya sama. Sekali lagi, cara seperti ini juga masih belum benar seutuhnya.

Perbandingan

Di Amerika Serikat, salah satu metode yang banyak digunakan untuk evaluasi kinerja investasi adalah membandingkan sebuah portofolio saham dengan indek S&P 500. Namun, masih ada alat pembanding lainnya, yakni: indeks 3.500 saham. Cara untuk menelusuri indeks ini adalah dengan memantau Vanguard Total Stock Market Index Fund, yang tersedia dalam bentuk Exchange Traded Fund (ETF) dalam bentuk VTI.

Kemudian, investor bisa mengunjungi portal Morningstar.com dan mencar VTI. Di sini, terdapat tab kinerja yang menyajikan data penghasilan untuk tahun kalender tersebut. Jika periodenya panjang, maka data kinerja bisa disajikan per 1,3, 5, 10 dan 15 tahun. Portal ini menyajikan informasi tentang kinerja dana, bukan indeks. Namun, akan ini cukup membantu investor mengetahui kinerjanya investasinya. Satu hal yang perlu diingat bahwa data Morningstar juga termasuk dividen yang diinvestasikan lagi.

Uang yang Ditambahkan

Masih dengan contoh kasus di atas. Anda memulai investasi dengan modal awal Rp. 100.000.000. Kemudian, selama kurun waktu dua tahun, anda menambahkan dana sebesar Rp.20.000.000 ke investasi tersebut. Di akhir tahun kedua, nilai investasi anda menjadi Rp. 150 juta. Artinya, laba anda sebenarnya hanya Rp. 30 juta. Lalu, berapa persentase keuntungan yang anda dapatkan? Ada beberapa cara untuk menghitungnya:

  1. Kurangi tambahan investasi dari nilai akhir (150 jt – 20 juta = Rp. 130 juta). Artinya, kenaikan investasi anda hanyalah 30% dalam dua tahun.
  2. Tambahkan investasi tambahan tersebut ke nilai investasi awal. Artinya, (Rp. 100 jt + 20 jt = Rp. 120 juta). Berarti, keuntungan anda dalam 2 tahun adalah Rp. 25 juta (25 persen, alias 12,5% per tahun).
  3. Bagi dua nilai investasi yang anda tambahkan. Artinya, Rp. 10 juta ditambahkan ke modal awal dan Rp. 10 juta dikurangi dari nilai akhir investasi. Jadinya = (150 juta) – Rp. 10 juta) – (Rp.100 jt + Rp. 10 juta) = 30 juta (30%), atau setara dengan 15% per tahun.

Evaluasi Kinerja Investasi: Kesimpulan

Tiga metode di atas menghasilkan persentase yang berbeda, bukan? Dalam implementasinya, apakah akan menggunakan rumus 1, 2, atau 3, keputusannya berada di tangan anda. Namun setidaknya anda bisa melakukan penelaian terlebih dahulu. Misalnya, jika dana tersebut disuntikkan menjelang akhir masa investasi, mungkin rumus (1) lebih tepat digunakan.

Namun, jika dana tambahan disuntikkan di awal-awal investasi, maka rumus (2) adalah pilihan yang cocok. Demikian juga jika dana ditambahkan di pertengahan masa investasi, maka anda bisa menggunakan metode (3). Bagaimana jika anda justru mengurangi nilai investasi sebelum periodenya berakhir? Tiga rumus di atas bisa anda gunakan namun dengan logika terbalik.

Sebenarnya, masih ada beberapa tool lain yang bisa anda gunakan untuk evaluasi kinerja investasi. Misalnya adalah Internal rate of Return atau metode yang menggunakan waktu (time weighted) atau nilai uang (dollar weighted) sebagai penimbang. Anda bisa mempelajari masing-masingnya untuk menentukan metode mana yang paling sesuai dengan sifat investasi anda. Mungkin masih ada beberapa tool analisis yang bisa anda gunakan.

Sekali lagi, perlu ditegaskan bahwa setiap metode mengandung makna yang berbeda. Interpretasinya harus dibuat dengan hati-hati, sesuai sifat masing-masing formula. Dengan demikian, anda sebagai investor mendapatkan gambaran yang sesungguhnya tentang bagaimana kinerja investasinya dalam periode waktu tertentu. Informasi yang akurat membantu investor dalam melakukan perbaikan semestinya dan mengambil langkah-langkah strategis untuk perbaikan di masa mendatang.

Tagged With :

Leave a Comment