Tips Mengantisipasi Risiko Gagal Bayar Manajer Investasi

Kasus gagal bayar klaim oleh asuransi Jiwasraya menjadi sorotan publik sejak akhir bulan November 2019. Beberapa waktu lalu, sempat terjadi pula kasus terkait asuransi Bumiputera. Lembaga-lembaga keuangan itu merupakan beberapa contoh kasus yang membuat banyak pihak mempertanyakan kinerja manajer investasi di Indonesia. Apabila manajer investasi di perusahaan-perusahaan ternama gagal mempertahankan kinerja dan sampai mengalami gagal bayar, bagaimana dengan para nasabah yang menitipkan dana untuk dikelola melalui produk asuransi, reksa dana, dan masih banyak lagi?

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh semua investor, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman. Pertama, investasi apapun merupakan aktivitas berisiko tinggi. Semua investasi mengandung risiko kerugian yang tinggi, baik karena gagal bayar atau sebab lain. Kedua, demi menanggulangi risiko kerugian tadi, kita perlu menyeleksi investasi dengan teliti dan menyusun portofolio investasi yang terdiversifikasi. Diversifikasi yang dimaksud bukan hanya mengalokasikan dana ke beragam jenis produk investasi, melainkan juga mendistribusikannya ke manajer investasi yang berbeda-beda.

Reksa Dana Lewat Perbankan

1. Seleksi Produk Investasi dan Pengelolanya

Seleksi investasi merupakan langkah pendahuluan yang harus dilakukan oleh semua orang, tetapi malah paling sering luput dilaksanakan. Banyak nasabah asuransi Jiwasraya yang diwawancarai media mengaku mempercayakan dananya ke dalam produk bancassurance Jiwasraya karena perusahaan itu merupakan instansi BUMN yang direkomendasikan oleh bank langganan. Alasan itu sebenarnya tidak salah, tetapi jadi menyesatkan karena banyak orang sudah mengetahui Jiwasraya bermasalah sejak bertahun-tahun lalu.

Patut untuk dicatat bahwa Indonesia tidak memiliki kebijakan dana talangan wajib untuk asuransi maupun investasi keuangan seperti reksa dana dan saham. Seandainya perusahaan asuransi Anda bangkrut dan tak memiliki reasuransi, maka Anda kemungkinan takkan mendapatkan uang Anda kembali (kecuali jika pemerintah menciptakan paket bailout baru). Hanya satu produk investasi saja yang dilengkapi dengan dana talangan wajib, yaitu jaminan LPS untuk deposito perbankan berdasarkan kriteria tertentu. Oleh karena itu, Anda tetap harus selalu menyelidiki produk investasi dan latar belakang pengelolanya, bahkan meski sang pengelola berstatus perusahaan BUMN ataupun swasta multinasional terkenal.

Tengoklah persediaan modal perusahaan lembaga keuangan tersebut. Perhatikan kinerja produk-produk investasi yang dikelolanya. Dan jangan lupa, cari tahu pula bagaimana produk-produk investasi tersebut dikelola. Misalnya reksa dana, maka dialokasikan ke saham atau obligasi mana saja.

2. Diversifikasi Manajer Investasi

Banyak orang seringkali memegang semboyan loyalitas secara berlebihan. Misalnya jika sudah berhubungan perbankan dengan bank ABC, maka akan subscribe asuransi di lembaga keuangan terafiliasi, kemudian membuka rekening investasi saham dan sekuritas di sekuritas yang se-grup juga. Ini bukanlah langkah yang bijak.

Manajer Investasi setiap lembaga memiliki kinerja berbeda-beda, sehingga Anda tidak boleh menyamakan semua lembaga keuangan dalam satu grup dan tetap harus menyeleksi performa setiap lembaga secara mandiri. Selain itu, ada baiknya kita mendistribusikan dana investasi ke banyak lembaga keuangan berbeda, agar dikelola oleh beberapa manajer investasi (bukan satu manajer saja). Dengan demikian, apabila salah satu manajer investasi terbukti bermasalah, maka Anda tidak akan langsung bangkrut.

Tagged With :

Leave a Comment