5 Perbedaan Saham dan Reksa Dana Saham yang Harus Kamu Tahu

Lebih baik berinvestasi pada saham secara langsung atau lewat reksa dana saham? Banyak pemula terjebak dalam pertanyaan ini, kemudian asal memilih tanpa memahami seluk beluknya. Padahal, ada banyak perbedaan Saham dan Reksa Dana Saham yang bersifat mendasar.

Perbedaan Saham dan Reksa Dana Saham yang Harus Kamu Tahu

Mulai dari masalah modal investasi minimal, pengelolaan dana, tingkat risiko, potensi profit, sampai dengan tata cara pencairannya. Berikut ini lima (5) perbedaan Saham dan Reksa Dana Saham yang perlu kamu tahu.

1. Modal Investasi Minimal

Kita dapat mulai berinvestasi reksa dana saham dengan modal hanya Rp10 ribu atau Rp100 ribu melalui aplikasi investasi online populer. Di sisi lain, jumlah modal investasi saham minimal tergantung dari harga per lot saham.

Setiap 1 (satu) lot sama dengan 100 lembar saham. Umpamanya kamu ingin membeli saham Bank BRI (BBRI) yang saat ini berharga Rp4350 per lembar, maka kamu akan membutuhkan modal minimal Rp435.000. Kalau kamu ingin membeli saham lain, harga per lot bisa lebih tinggi ataupun lebih rendah.

2. Pengelolaan Dana

Ketika berinvestasi saham sendiri, maka kita akan mengelola dana sendiri. Kita dapat melihat perubahan cuan dan boncos setiap hari, juga harus menilai sendiri kapan harus membeli lagi atau menjual saham yang dimiliki.

Ketika berinvestasi dalam reksa dana saham, berarti kita menyerahkan pengelolaannya pada Manajer Investasi (MI). MI merupakan profesional yang sudah memiliki sertifikasi keahlian dalam bidangnya. Namun, kita sebagai investor tidak dapat mengendalikan saham-saham apa yang akan dijual dan dibeli oleh MI. Investor hanya akan memperoleh laporan melalui fund fact sheet serta pertumbuhan NAB.

3. Potensi Profit

Kita akan memperoleh capital gain dan dividen secara langsung saat berinvestasi saham sendiri. Dari perolehan tersebut, kemudian kita juga perlu membayar biaya broker dan pajak secara terpisah.

Investor reksa dana saham akan memperoleh cuan bersih dari kenaikan NAB di masa depan. NAB pada reksa dana saham biasanya bersumber dari capital gain dan dividen saham, kemudian dikurangi dengan biaya manajemen, pajak, dan biaya lain-lainnya.

4. Tingkat Risiko

Ketika berinvestasi saham sendiri, maka kita harus menghadapi sendiri risiko penurunan harga saham, risiko kolapsnya emiten, dan berbagai risiko pasar lainnya. Kita dapat berupaya mengelola risiko dengan strategi diversifikasi ataupun taktik lainnya, tetapi tentunya membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai dunia investasi.

Ketika berinvestasi dalam reksa dana saham, Manajer Investasi bertanggung jawab mengelola semua risiko itu. Sebagai gantinya, kita akan menghadapi risiko penurunan NAB dan risiko moral hazard manajemen.

5. Pencairan Dana

Tata cara mencairkan dana dari saham yang likuid sangat mudah. Umpama kita menjual suatu saham hari ini, dana dari transaksi tersebut akan masuk ke Rekening Dana Nasabah (RDN) dalam tempo dua hari kerja ke depan. Namun, kita mungkin akan kesulitan mencairkan sendiri saham-saham yang tidak likuid, misalnya yang sudah masuk dalam papan pemantauan khusus.

Pencairan reksa dana saham membutuhkan waktu sedikit lebih lama daripada pencairan saham likuid, biasanya antara satu sampai dua minggu. Tapi keuntungannya, kita tak perlu pusing memikirkan saham-saham yang tidak likuid karena semuanya sudah menjadi bagian dari tanggung jawab Manajer Investasi.

Jadi, bagaimana menurutmu, apakah lebih baik berinvestasi pada saham secara langsung atau lewat reksa dana saham? Banyak pemula biasanya lebih suka berinvestasi melalui reksa dana saham, karena belum memiliki wawasan memadai untuk bermain saham sendiri. Namun, mereka yang lebih berpengalaman justru lebih suka berinvestasi saham sendiri.

Tagged With :

Leave a Comment