Anda barangkali pernah mendengar istilah “hedging” atau yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “lindung nilai”. Namun, tahukah bahwa hedging merupakan salah satu fondasi pasar komoditas berjangka dunia? Pemahaman mengenai konsep hedging ini penting untuk dimiliki semua trader pemula.
Tak dapat dipungkiri bahwa ulah spekulan mendorong peningkatan gejolak atau fluktuasi harga di pasar komoditas. Namun, sebagian pemain pasar komoditas berjangka adalah orang-orang dan perusahaan yang berkecimpung dengan motif hedging (lindung nilai), bukan spekulasi. Bahkan motif hedging menyusun fundamental permintaan utama di pasar komoditas, termasuk komoditas minyak mentah (Crude Oil). Apabila kebutuhan hedging terhadap suatu komoditas itu berkurang, maka perdagangannya di pasar komoditas pun bakal sepi.
Bagaimana cara kerja hedging?
Orang-orang dan perusahaan melakukan hedging karena ingin mendapatkan perlindungan dari risiko kerugian yang timbul sebagai imbas dari perubahan harga di masa depan. Untuk itu, mereka membeli atau menjual kontrak berjangka sekarang guna memastikan harga komoditas yang akan dipindahtangankan dalam tempo beberapa bulan atau beberapa tahun ke depan. Biasanya, mereka merupakan produsen atau konsumen yang membeli suatu komoditas vital secara rutin.
Sebagai contoh: seorang petani yang menanam kedelai tentu menanggung risiko harga kedelai jatuh saat musim panen tiba. Untuk menanggulangi risiko tersebut, ia dapat melakukan hedging dengan menjual kontrak kedelai futures, sehingga mendapatkan kepastian harga sejak masa tanam. Tetap ada kemungkinan sang petani mengalami kerugian jika harga kedelai pada musim panen ternyata jauh lebih tinggi daripada harga yang diperolehnya dari kontrak kedelai futures; tetapi setidaknya ia terhindar dari risiko rugi.
Hal serupa terjadi pula dalam pasar komoditas minyak mentah. Partisipan hedging minyak mentah antara lain produsen minyak, perusahaan pengilangan, maskapai penerbangan, dlsbg. Pada era krisis 2008, sejumlah maskapai penerbangan terkemuka dunia mencetak kerugian besar dan bahkan mengalami kebangkrutan; karena harga minyak melonjak drastis, sedangkan mereka tak siap menghadapinya dengan hedging.
Siapa saja bisa melakukan hedging. Prosedur untuk melakukannya sama dengan trader biasa, yaitu melalui broker futures (pialang berjangka) yang berhubungan dengan bursa komoditas terkait. Namun, setiap kontrak berjangka biasanya meliputi volume perdagangan yang cukup besar, sehingga hanya perusahaan-perusahaan besar saja yang ikut berpartisipasi.
Individual seperti kita yang hanya menghadapi ketidakpastian harga BBM untuk motor dan mobil perorangan saja tentu tak cocok untuk hedging. Namun, kita tetap bisa ikut andil di pasar komoditas sebagai trader atau spekulan yang mengincar keuntungan dari fluktuasi harga jangka pendek.
Risiko yang ditanggung oleh spekulan lebih besar dibandingkan pelaku hedging, karena tak memiliki produk maupun kebutuhan riil yang mendasari transaksi. Meski demikian, potensi keuntungan dari perdagangan komoditas tetap sama besarnya.
Tagged With : analisa fundamental • komoditas • minyak