Bank Indonesia mengumumkan penurunan suku bunga sebanyak 0,25% sampai ke level 5,75% pada hari Rabu (15/1/2025). Keputusan tersebut sangat mengejutkan pasar, sehingga kurs Rupiah makin melemah dan berbagai saham perbankan melonjak seketika. Bagaimana dampak penurunan BI rate terhadap reksa dana?
Para pakar dan praktisi keuangan umumnya menyambut hangat keputusan Bank Indonesia, termasuk dalam kaitannya dengan reksa dana. Penurunan suku bunga dapat mendorong lebih banyak arus modal masuk ke instrumen investasi yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, termasuk reksa dana saham, reksa dana indeks, dan reksa dana campuran.
Ketika tren suku bunga menurun, bursa saham biasanya semakin bergairah. Banyak sektor yang akan menikmati efek positif dari penurunan suku bunga, terutama sektor properti, konsumsi, dan perbankan. Banyak perusahaan publik berpotensi menghadapi peningkatan penjualan dan penurunan biaya bunga, sehingga mengarah pada profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya.
Kinerja reksa dana saham, indeks, dan campuran berpotensi meningkat semakin pesat seiring dengan kenaikan harga saham dalam sektor-sektor tersebut. Hal ini terlihat dalam kinerja beberapa reksa dana unggulan.
Reksa dana Ciptadana Rencana Cerdas membukukan kenaikan return 3% dalam tempo sehari setelah pengumuman BI. Return reksa dana Manulife Dana Saham Kelas A juga melambung 2,77% dalam kurun waktu yang sama. Portofolio keduanya sama-sama dihuni oleh empat saham perbankan top Indonesia, yaitu Bank BCA (BBCA), Bank Mandiri (BMRI), Bank BRI (BBRI), dan Bank BNI (BBNI).
Prospek reksa dana pasar uang semakin melemah seiring dengan penurunan BI rate, karena keuntungan instrumen ini bertumpu pada bunga deposito dan surat utang jangka pendek. Namun, reksa dana pasar uang tetap menjadi pilihan terbaik bagi para investor yang memprioritaskan fleksibilitas, stabilitas, dan keamanan dana.
Prospek reksa dana pendapatan tetap juga melemah jika tren penurunan suku bunga berlangsung secara berkelanjutan. Tapi dampaknya kemungkinan tidak signifikan dalam jangka pendek-menengah, karena kebanyakan reksa dana pendapatan tetap menaruh dana kelolaannya pada obligasi jangka panjang yang dirilis saat suku bunga masih tinggi.
Tagged With : investasi masa depan • reksadana • saham