Bahkan di industri yang pasti, seperti real-estate, tetap saja ada mitos yang berkembang. Membeli rumah pastinya merupakan salah satu keputusan finansial terbesar dalam hidup anda. Jika membeli rumah secara cicilan, keputusan ini mungkin akan mempengaruhi keuangan keluarga anda dalam beberapa tahun ke depan. Banyak mitos tentang jual-beli rumah. Oleh sebab itu, sebaiknya pertimbangkan pilihan-pilihan yang ada, pahami kondisi pasar, dan ‘persenjatai’ diri anda dengan informasi yang benar.
Covid-19 telah mempengaruhi hampir semua industri di seluruh dunia. Pasar real estate sendiri telah mengalami serangkaian perubahan yang kentara. Memang, banyak informasi yang tersedia online tentang pembiayaan, peluang menjual atau membeli rumah dalam kondisi krisis seperti ini. Perlu diingat bahwa tidak semua informasi tersebut benar. Semoga informasi tentang beberapa mitos tentang jual-beli rumah berikut dapat membantu anda.
Mitos Tentang Jual-Beli Rumah: Ketahui Faktanya
Mitos 1: Persaingan membeli rumah lebih kecil
Selama masa pandemi, anda mungkin berfikir bahwa orang lebih cenderung tinggal di rumah dan sebagian besar orang menunda rencana untuk membuat keputusan besar dalam hidup mereka, sehingga persaingan untuk membeli rumah menjadi lebih kecil. Benarkah demikian? Ini adalah mitos.
Perlu diketahui bahwa selama masa krisis, suku bunga mengalami penurunan. Artinya, ada kecenderungan untuk membeli rumah, karena harganya lebih murah. Disamping itu, orang yang masih mencari rumah di saat krisis kemungkinan besar adalah mereka yang kondisi keuangannya tetap stabil. Selain itu, sejumlah pemilik real estate juga berusaha melakukan kapitalisasi karena bunga hipotek lebih rendah.
Jika anda sedang mencari rumah saat ini, sebaiknya lakukan dengan timeline atau jadwal yang fleksibel. Jika sudah menemukan rumah yang pas, jangan menunda lagi. Buat kesepakatan segera. Dengan demikian, peluang penundaan atau kenaikan harga dari pihak penjual menjadi lebih kecil.
Mitos 2: Orang tidak menjual rumah selama pandemi
Sebuah survey terbaru menunjukkan bahwa 77% calon penjual rumah berencana menjual properti mereka setelah berakhirnya masa lockdown. Namun, banyak orang yang tidak mau menunggu. Apalagi setelah lockdown diperlonggar, maka mereka akan segera masuk ke pasar dalam waktu dekat.
Mitos 3: Perekonomian akan hancur, demikian juga dengan pasar real estate
Memang tidak ada yang bisa mengetahui dengan pasti dampak dari krisis ini. Namun satu hal yang pasti, pasar real estate saat ini sudah jauh lebih baik dibanding tahun 2008, ketika terjadi krisis di industri perumahan. Pada saat itu, munculnya opsi-opsi kredit perumahan menimbulkan melonjaknya pembeli rumah, karena mereka bisa mendapat kredit rumah dengan uang muka yang sangat kecil.
Pada saat ini, uang muka untuk kredit rumah umumnya adalah 20%. Jadi, pembeli rumah langsung bisa membangun ekuitas atas investasi properti mereka. Kalaupun mereka harus menjual kembali rumah tersebut karena alasan darurat (misalnya kehilangan pekerjaan atau pindah), mereka tetap bisa menerima uang kembali yang cukup besar.
Mitos 4: Harga rumah turun secara dratis
Mitos tentang jual-beli rumah berikutnya berkaitan dengan harga rumah. Memang, banyak orang yang mengaku sedang menunggu harga turun untuk membeli rumah. Kenyataannya, itu tidak terjadi. Menunggu harga rumah berubah secara drastis bukanlah harapan yang realistis. Orang selalu membutuhkan rumah untuk tinggal. Selama permintaan masih ada, maka harga rumah akan tetap sama, atau bahkan meningkat, terutama di kota-kota yang potensial.
Secara keseluruhan, apakah harga rumah akan naik atau turun, itu berbeda dari satu pasar ke pasar lainnya. Namun, para pengamat tidak memprediksi akan terjadinya penurunan harga rumah secara drastis dalam waktu dekat. Artinya, jika anda memang berencana membeli rumah, maka jangan menunggu.
Mitos 5: Tidak bijak membeli rumah tanpa mengunjunginya terlebih dahulu
Ini adalah mitos tentang jual-beli rumah di tengah pandemi covid-19. Di masa lalu, kondisinya mungkin demikian. Orang akan merasa aneh jika membeli rumah tanpa pernah masuk ke dalamnya secara langsung. Namun, teknologu membuat segalanya mungkin. Karena pertimbangan kesehatan dan keamanan, industri real estate telah berinovasi dan menemukan cara baru untuk mengunjungi dan membeli rumah secara aman.
Para pelaku di industri real estate saat ini menggunakan teknologi untuk kunjungan virtual. Fasilitas yang tersedia antara lain Zoom home tour, Facebook chats, dan sejumlah aplikasi kunjungan rumah lainnya yang mulai bermunculan. Saat ini, jumlah peminat tour virtual naik 25% lebih tinggi dibanding sebelumnya. Sementara itu, peminat komunikasi jarak jauh dengan agen perumahan naik 41% dari sebelumnya.
Melalui kunjungan digital, calon pembeli bisa meminta foto yang menunjukkan setiap sudut di dalam rumah, serta bertanya tentang kondisi lingkungan sekitarnya. Pembeli juga bisa menggunakan Google Maps untuk melihat daerah sekitar rumah. Oleh sebab itu, pastikan anda mendapatkan informasi yang akurat sehingga tidak terpengaruh oleh mitos tentang jual-beli rumah. Dengan demikian, anda bisa mendapatkan real estate yang diinginkan dengan harga yang layak.
Tagged With : covid-19 • investasi properti • properti