Dunia semakin ketar-ketir menghadapi kemungkinan terjadinya krisis pada tahun 2023. Para trader dan investor pun perlu menyesuaikan portofolio investasi masing-masing untuk mencegah terjadinya skenario terburuk, termasuk dengan mengubah alokasi modal dan komposisi investasi reksa dana.
Investasi reksa dana sebenarnya termasuk pilihan yang tepat untuk investor pemula dari kalangan mana pun. Namun, tak semua reksa dana cocok dalam situasi krisis ekonomi. Berikut ini beberapa tips yang perlu diperhatikan dalam mengelola investasi reksa dana saat krisis:
- Pikirkan lagi, apa tujuanmu berinvestasi?
Para ekonom saat ini memperkirakan resesi akan terjadi antara tahun 2023-2024. Dengan demikian, kamu dapat mengesampingkan risiko itu apabila kamu punya target investasi untuk jangka waktu sangat panjang (5 tahun ke atas). Dalam kurun waktu itu, nilai investasi reksa dana kamu mungkin sudah mampu pulih dari keterpurukan selama krisis.
Yang perlu buru-buru menyesuaikan portofolio adalah mereka yang punya rencana investasi dalam jangka pendek dan menengah. Selain itu, orang-orang yang berinvestasi untuk kebutuhan vital seperti pendidikan anak juga perlu meninjau ulang portofolio mereka.
- Ubah komposisi portofolio reksa dana
Reksa dana saham pasti babak belur pada masa krisis. Kinerja reksa dana pendapatan tetap juga mengecewakan. Tapi ada satu jenis reksa dana yang terbukti paling tahan banting dalam situasi krisis ekonomi, yakni reksa dana pasar uang.
Pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana pasar uang tergolong sangat lamban, tetapi pertumbuhannya stabil dan hampir tidak mungkin menjadi negatif. Selain itu, kamu juga dapat mempertimbangkan reksa dana pendapatan yang berbasis pada obligasi korporat berkualitas top.
- Lakukan “average down“
Untuk investor yang berorientasi jangka panjang dan tak ingin mengubah komposisi reksa dana, ada solusi “average down“. Dengan melaksanakan taktik ini, kita akan membeli unit penyertaan lagi meskipun kinerja reksa dana sedang turun.
Tujuan “average down” adalah untuk memperoleh rata-rata harga beli per unit penyertaan yang lebih murah. Kelak saat kondisi ekonomi membaik, kita dapat memperoleh keuntungan lebih cepat daripada jika portofolio didiamkan saja tanpa “average down“.
Ketiga tips itu kelihatannya simpel, tetapi sebenarnya butuh kebijakan dan kejelian untuk mempraktekkanya dengan tepat. Banyak investor melakukan kesalahan dengan memanfaatkan uang pinjaman untuk “average down“, atau malah memilih berhutang untuk makan sambil mempertahankan investasi reksa dana saat sedang BU (“Butuh Uang”).
Sebagus apa pun tips investasi, hasilnya tidak akan memuaskan jika kamu memaksa diri berinvestasi saat memiliki utang menumpuk. Oleh karena itu, pastikan bahwa kamu benar-benar mampu mempertahankan investasimu sebelum melaksanakan kiat-kiat ini.
Tagged With : investasi masa depan • reksadana