Keberuntungan adalah masalah nasib dan peruntungan. Nasib adalah kejadian baik atau buruk yang terjadi karena kebetulan, bukan karena usaha. Konsep keberuntungan menghasilkan sejumlah opini yang bereda-beda dalam dunia bisnis. Di satu sisi, sebagian orang percaya nasib adalah perbedaan antara kesuksesan dan kegagalan. Di sisi lain, sebagian lagi percaya bahwa hanya kerja keras dan kegigihanlah yang terpenting. Bagi sebagian lagi, nasib berada di antara keduanya. Di mata mereka, ada beberapa kebiasaan baik pada perusahaan yang beruntung, dan ternyata tidak ditemukan pada perusahaan-perusahaan yang akhirnya gagal.
Manfaat dari keberuntungan terbukti ada. Para psikolog seperti Professor Richard Wiseman pernah membuktikan bahwa orang yang perilakunya baik cenderung memiliki keberuntungan yang lebih baik. Selain itu, para ilmuwan di Indiana University juga menemukan bahwa bersikap baik dan optimis terhadap nasib ternyata bisa membuat seseorang lebih bahagia dan lebih sehat.
Kebiasaan Baik di Perusahaan Yang Baik
Tidak heran jika para ahli dan ilmuwan sepakat bahwa kebiasaan baik di perusahaan juga akan berpengaruh terhadap keberuntungan perusahaan itu sendiri. Andy Nairn tahu bahwa keberuntungan memainkan peran lebih besar dibanding yang kita sadari. Sebagai salah satu pendiri sebuah agensi periklanan bernama Lucky Generals (dengan klien perusahaan besar seperti Amazon, Yorkshire Tea, Virgin Atlantic, dan Co-op, ia menyusun kampanye bagi kliennya.
Menurut riset dan pengalaman Andy Nairn dalam membangun dan mempromosikan perusahaan-perusahaan yang keberuntungannya baik, berikut adalah lima kebiasaan baik di perusahaan yang perlu dikembangkan dan dipraktekkan:
Memaksimalkan Apa Yang Dimiliki
Saat membangun sebuah bisnis yang lebih baik, anda bisa memilih mendapatkan sesuatu lebih banyak, atau berbuat lebih banyak untuk sesuatu yang sudah anda miliki. Nairn mencontohkan bagaimana Spotify memaksimalkan data penggunanya untuk memberikan kejutan dan kesenangan lebih kepada konsumennya. Sama halnya, McDonald’s mengoptimalkan identitas brand miliknya selama beberapa dekade. Awalnya, itu adalah kelebihan yang mereka kembangkan, namun pada tahap selanjutnya, kelebihan itu menjadi sumber keberuntungan baru.
Menurutnya, perusahaan kerap tidak menyadari asset berharga yang ada di depan hidungnya: karyawan, brand, data, dan saluran media yang sudah mereka miliki. Nairn tahu bahwa perusahaan semestinya berusaha keras untuk melindungi asset berharga tersebut dan memanfaatkannya untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Sekarang, coba lihat pada bisnis anda, apa kelebihan yang mungkin sudah anda abaikan? Sumber-sumber kelebihan itu mungkin tepat berada di depan hidung anda.
Memadukan Segala Sesuatunya
Kebetulan dan ‘kecelakaan’ yang menyenangkan adalah bentuk keberuntungan. Namun, kejadian seperti ini bisa direncanakan. Bagaimana mungkin? Contohnya, Apple dan Pixar merancang bangunannya secara sengaja untuk memaksimalkan interaksi antara departemen yang berbeda-beda. Sprinkles Bakery meminjam inspirasi dari bank untuk membuat cupcake terbarunya, ATM. Nairn merekomendasikan agar perusahaan menciptakan kejadian yang menyenangkan dengan membangun budaya yang beraneka-ragam, mendorong disiplin yang berbeda-beda untuk bekerja sama, dan bahkan meminjam ide dari industri yang berbeda.
Keberuntungan ditemukan pada gelombang otak. Keberuntungan tidak ditemukan terkubur di dalam buku-buku teks, namun dari perenungan, rasa ingin tahu, dan belajar dari tempat-tempat baru. Lalu, dari industri manakah anda bisa meminjam inspirasi untuk usaha anda?
Mengubah Kemalangan Menjadi Keberuntungan
Kebanyakan brand mengalami semacam kemalangan pada tahap tertentu. Kunci terhadap keberuntungan jangka panjang adalah mengubah kemalangan itu menjadi keberuntungan. Nasib malang tidak berarti akhir dari dunia. Nairn menjelaskan bagaimana kampanye terbaru dari KFC yang menggambarkan bagaimana mereka menjadi lebih kuat setelah keluar dari krisis, atay Nutella yang dikembangkan karena kekurangan pasokan kakao sebagai bahan baku.
Perusahaan paling beruntung biasanya sangat handal dalam mengalami kesulitan. Mereka bisa mengubah nasib buruk menjadi nasib baik dengan melihat peluang yang ada secara seksama. Lalu, nasib buruk mana yang bisa dijadikan pelajaran bagi perusahaan anda?
Menciptakan Ruang untuk Eksperimen
Apakah anda pernah merasa tidak memiliki waktu untuk menulis diary, mengatur strategi atau mengembangkan kreativitas hanya karena sibuk mengurusi pekerjaan harian? Ketahuilah bahwa anda tidak sendiri. Padahal, kesenangan dan adanya ruang untuk berfikir ikut berperan menciptakan peluang nasib baik bagi perusahaan, namun tidak banyak yang memiliki waktu untuk melakukan hal ini.
Menghindari Kesempurnaan
Kita bisa saja menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyempurnakan pekerjaan yang sebenarnya sudah 90%. Padahal, kita bisa mengalokasikan waktu tersebut untuk melakukan lebih banyak hal lain. Kebiasaan baik di perusahaan hebat adalah tidak mengharuskan segala sesuatunya sempurna. Penyelesaikan pekerjaan 90% atau lebih dianggap sudah sangat baik. Selanjutnya, mereka bisa melakukan pekerjaan baru secara lebih cepat.
Nairn menjelaskan bahwa Tesla sendiri secara terbuka menyatakan bahwa mereka tidak berorientasi pada kesempurnaan. “Anda tidak akan pernah mencapai kesempurnaan” ucap Elon Musk pada suatu saat. Ia bahkan menganggap kesempurnaan adalah penghambat bagi perusahaan. Meningkatkan penjualan dan menambah jumlah fans jauh lebih baik daripada berkutat di tahap awal. Luncurkan dulu, kemudian belajar, maka keberuntungan akan mengikuti.
Tagged With : bisnis • manajemen bisnis • Manajemen Usaha