Para pemula dalam saham atau forex biasanya mengawali belajar trading dengan satu indikator teknikal saja sebagai alat bantu untuk menganalisis chart. Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah indikator yang dipakai untuk trading kian bertambah sampai empat, lima, atau bahkan lebih dari itu. Pasalnya, penggunaan satu indikator saja dianggap tidak dapat memberikan sinyal yang andal.
Sayangnya, semakin banyak indikator di atas chart justru dapat mengakibatkan strategi trading makin kacau. Umpamanya seseorang menggunakan empat indikator untuk trading EUR/USD, lalu dua indikator memberi sinyal buy dan dua indikator lainnya menunjukkan sinyal sell, langkah apa yang bisa diambil?
Satu indikator tidak cukup. Banyak indikator membingungkan. Lalu, berapa jumlah indikator yang ideal untuk trading? Tidak ada ketentuan mengenai jumlah indikator ideal dalam suatu strategi trading yang jitu. Namun, ada baiknya trader membatasi jumlah indikator di atas chart antara satu sampai empat saja sesuai dengan fungsinya.
Pengalaman para trader sukses membuktikan bahwa kita bisa membuat strategi trading yang bagus dengan jumlah indikator yang banyak, sedikit, ataupun tanpa indikator sama sekali. Yang terpenting bagi seorang trader bukanlah berapa jumlah indikator teknikal yang dipakai, melainkan apakah ia dapat memprediksi pasar dengan tepat menggunakan indikator-indikator di atas chart.
Ada empat tujuan penggunaan indikator teknikal yang paling utama:
- Mengetahui arah pergerakan tren harga, contohnya Moving Averages.
- Mengidentifikasi area support dan resistance, contohnya Pivot Points.
- Menentukan titik entry dan exit dari suatu transaksi trading, contohnya Stochastic.
- Mengontrol risiko dengan menentukan titik Cut Loss atau Stop Loss, contohnya Parabolic SAR.
Seorang trader dapat menggunakan empat indikator berbeda untuk memenuhi masing-masing tujuan di atas. Seorang trader juga dapat menggunakan satu indikator saja untuk mencapai keempat tujuan sekaligus, umpamanya seorang ahli Fibonacci bisa menggunakan indikator ini saja untuk trading. Namun, strategi trading akan kacau balau kalau trader menggunakan dua indikator atau lebih untuk mencapai satu tujuan.
Salah satu contoh kesalahan trading paling umum: Trader menggunakan indikator Stochastic, RSI, dan/atau CCI sekaligus dalam satu chart. Padahal, ketiganya memiliki rumus dan fungsi yang hampir sama persis. Ketiganya juga sama-sama termasuk kategori indikator teknikal bertipe Oscillator yang biasanya menghasilkan sinyal menyesatkan dalam kondisi pasar ekstrim jenuh jual atau jenuh beli.
Indikator teknikal itu sendiri hanya bersifat sebagai alat bantu untuk trading, sebagaimana halnya teknik analisis lain seperti Candlestick, Elliott Wave, dan masih banyak lagi. Sebagai alat bantu, trader harus menentukan hal apa yang dibantu oleh alat itu. Jangan sembarangan memasang banyak indikator tanpa memahami fungsi dan tujuannya.
Tagged With : analisa teknikal • trading forex • trading saham