Bagi setiap calon pemimpin, melalui sebuah krisis adalah bagian dari perjalanan. Tidak sulit menjadi seorang manajer yang baik jika segala sesuatunya berjalan dengan baik. Namun, kemampuan anda menjadi pemimpin yang lebih baik benar-benar diuji ketika ada krisis yang sesungguhnya. Di satu sisi, manajemen krisis hampir selalu berada di daftar paling atas pada prioritas manajer. Di sisi lain, manajemen krisis bisa menjadi hal paling rumit untuk diatasi.
Tidak mengherankan jika persiapan menghadapi krisis bagi sebuah perusahaan melibatkan anggaran yang sangat besar. Namun, perusahaan yang menghadapi krisis dalam keadaan tidak siap justru akan menghabiskan biaya yang jauh lebih besar untuk mitigasi, di samping berbagai kerugian yang dialami dalam bentuk kehilangan reputasi, penurunan harga saham, dan sebagainya.
Bagaimana Menjadi Pemimpin Yang Lebih Baik di Tengah Krisis
Masalah sesungguhnya adalah tidak ada krisis yang bisa diprediksi. Anda tidak pernah tahu kapan dan jenis krisis seperti apa yang akan menyerang. Ingat pandemi Covid-19 sebagai contohnya. Jika saja seseorang memberitahu kita di tahun 2019 bahwa dunia akan memasuki masalah lockdown selama 2 tahun, kita mungkin akan menyangkalnya dan menyebutnya sebagai informasi hoax.
Sementara itu, sebuah survey oleh Spiceworks menemukan bahwa, sekalipun 95% organisasi memiliki rencana pemulihan pasca krisis, 23% hanya sibuk mencoba-coba efektivitas rencana itu. Di antara perusahaan yang tidak menguji rencananya, 61% mengatakan bahwa mereka kekurangan waktu dan 53% mengatakan tidak memiliki sumber daya yang mencukupi.
Benar bahwa kebanyakan pemimpin tidak siap mental untuk menghadapi krisis yang datang tiba-tiba. Mereka juga tidak yakin bagaimana cara mengelola tenaga kerjanya di tengah situasi yang penuh resiko. Lalu, bagaimana menjadi pemimpin yang lebih baik di tengah krisis? Jawabannya adalah: jadilah seorang pemimpin krisis.
Seorang pemimpin diharapkan mampu memainkan peran yang berbeda-beda, tergantung tahapan krisis yang terjadi. Misalnya, di tahap awal krisis, anda diharapkan bisa menjadi seorang problem solver dan mencetuskan berbagai ide tentang apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada. Pada tahap akhir, ketika fakta dan angka-angka sudah terbuka, anda diharapkan bisa ‘ganti gigi’ dan mampu membuat keputusan-keputusan yang sulit.
Bagaimana Menjadi Pemimpin Krisis Yang Sukses
Namun, poin utamanya adalah bagaimana menjadi pemimpin yang lebih baik di tengah krisis, yakni, bagaimana anda bisa menjadi seorang pemimpin yang mampu membantu tim menyelesaikan suatu masalah secara efektif. Berikut adalah beberapa hal penting yang bisa anda lakukan untuk menjadi pemimpin yang lebih baik, meski tengah menghadapi krisis:
Akui Masalahnya
Pemimpin kadang-kadang menyangkal bahwa mereka sedang menghadapi sebuah krisis, sehingga tidak memberitahu realitanya kepada karyawan. Akibatnya, mereka membuat penilaian yang buruk dan akhirnya gagal menjadi seorang pemimpin perubahan yang efektif saat krisis. Jika anda terbiasa menyembunyikan masalah ‘di bawah karpet,’ maka jangan lakukan lagi. Tidak seorangpun yang ingin berada di kegelapan; demikian juga dengan karyawan anda.
Menurut sebuah survey, 84% karyawan di perusahaan besar mengaku bahwa mereka tidak mendapatkan informasi yang memadai dari top management, dan 75% mengaku bahwa pimpinan mereka tidak memberikan informasi yang up-to-date tentang perubahan kebijakan dan tujuan perusahaan. Sekitar 74% mengaku bahwa pesan yang konsisten dari manajemen senior sangat penting bagi mereka, meskipun mereka jarang menerimanya.
Jadi, perlakukanlah karyawan anda dengan penuh respek dan komunikasikan realita situasi yang terjadi secara transparan. Namun, anda harus tahu bahwa transparansi tidak sama dengan negativitas. Meskipun anda harus menyampaikan kabar buruk, jangan menyembunyikannya. Dorong tim anda untuk melihat gambaran yang lebih besar, dibanding melihat masalah dalam jangka pendek saja. Ajak tim anda duduk bersama dan bicarakan langkah-langkah berikutnya. Atur rencana aksi untuk mengatasi krisis dan buat daftar apa saja yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Beri Penghargaan Kepada Karyawan Anda
Anda mungkin melihat karyawan dengan jiwa-jiwa pemimpin di tengah-tengah tim anda. Ketika dihadapkan dengan krisis, mungkin ada juga karyawan yang lebih suka mengikuti petunjuk. Pada situasi normal, tidak sulit meminta orang melakukan apa yang anda inginkan, namun di saat krisis, karyawan-karyawan yang pasif seperti ini kerap menjadi orang yang paling menderita. Mereka berharap anda, sebagai pemimpin, yang memikirkan semuanya untuk mereka. Alhasil, mereka lebih sebagai ‘tanggungan’ dibanding ‘asset’ bagi anda selama menghadapi krisis.
Menjadi pemimpin yang cekatan dalam mengambil keputusan sangat penting bagi anda dalam menghadapi krisis. Untuk bisa menjadi pemimpin yang seperti ini, anda harus membentuk tim pembuat keputusan terdepan, yang bisa membantu anda dalam menjajaki secara cepat, menerapkan, dan mengkomunikasikan rencana tersebut kepada anggota tim lainnya.
Itulah sebabnya, sebagai seorang pemimpin dan organisasi, anda harus selalu mencoba mentransformasi karyawan anda menjadi para juara. Berikan mereka suatu misi, peran, atau jiwa kepemilikan dalam pekerjaan mereka. Saat menghadapi krisis, mereka bisa menjadi sumber daya yang dapat anda andalkan. Dapatkan pembahasan lengkap tentang cara menjadi pemimpin yang lebih baik di masa krisis.
Tagged With : gaya kepemimpinan • manajemen bisnis • Manajemen Usaha