Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6% dalam rapat Dewan Gubernur (RDG) tanggal 17-18 September 2024. Pimpinan BI juga mengungkapkan kemungkinan untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut dalam bulan-bulan mendatang. Padahal, hal ini dapat berdampak besar terhadap berbagai instrumen investasi, khususnya saham.
Penurunan suku bunga bank sentral biasanya dianggap sebagai faktor yang positif bagi bursa saham suatu negara. Perubahan kebijakan itu akan mendorong penurunan suku bunga pinjaman pula, sehingga perusahaan-perusahaan akan menghadapi beban bunga yang lebih ringan di masa depan.
Berbagai perusahaan publik juga akan lebih mudah mendapatkan pinjaman untuk berekspansi, sehingga indeks saham biasanya meningkat saat bank sentral menurunkan suku bunga. Namun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru melorot sejak pengumuman BI bulan lalu.
Lihat grafik di atas. IHSG melambung selama dua hari beruntun seusai pengumuman BI, kemudian jatuh terus menerus hingga penutupan Jumat tanggal 4 Oktober 2024. Situasi ini terjadi lantaran aksi risk-off di tengah eskalasi konflik Timur Tengah. Selain itu, penurunan suku bunga tidak selalu berdampak positif terhadap saham dalam jangka pendek.
Pengaruh penurunan suku bunga terhadap saham sebenarnya lebih beragam. Apabila investor jeli menelaah bisnis masing-masing emiten, maka akan menemukan adanya sektor saham yang untung dan buntung saat suku bunga turun.
Saham yang terancam oleh penurunan suku bunga adalah saham-saham yang tergolong defensif. Saham defensif berasal dari bidang kebutuhan pokok dan infrastruktur yang relatif “aman” dan sering dipilih oleh investor di tengah krisis keuangan, tetapi pertumbuhannya biasanya lamban karena perusahaannya sudah mapan. Contohnya PT Unilever Indonesia (UNVR), PT Indofood CBP (ICBP), dan PT Telkom Indonesia (TLKM).
Saham yang berpotensi untung berasal dari sektor properti dan otomotif. Hal ini karena penurunan suku bunga kemungkinan akan mendorong lebih banyak orang untuk membeli hunian dan kendaraan dengan kredit. Contohnya PT Pakuwon Jati (PWON), PT Summarecon Agung (SMRA), PT Ciputra Development (CTRA), dan PT Astra International (ASII).
Mari mengevaluasi portofolio investasi kita. Siapkan portofolio untuk menghadapi penurunan suku bunga BI berikutnya dengan berinvestasi lebih banyak pada sektor saham yang potensial.
Tagged With : analisa fundamental • properti • saham