Bank-bank multinasional telah menguasai perdagangan di pasar keuangan sedemikin rupa sehingga trader-trader kecil seringkali memberikan julukan “Big Boys” pada institusi-institusi yang sebagian punya kantor di Wall Street itu. Hasil analisa dan proyeksi para analis dari bank-bank tersebut seringkali dicari untuk membantu trader memahami lansekap pasar keuangan.
Nah, bagaimana pendapat para “Big Boys” ini tentang masa depan harga emas tahun 2019? Berikut ini beberapa rangkumannya.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, ada bank yang memberikan proyeksi bullish, tetapi ada pula yang cenderung bearish. Alasannya berbeda-beda.
“Harga logam mulia kemungkinan naik tahun depan (2019),” kata Commerzbank, “terutama karena Dolar AS yang lebih lemah sehubungan dengan berakhirnya siklus kenaikan suku bunga Fed.”
Sebagai salah satu komoditas yang diperdagangkan dalam denominasi Dolar AS di bursa internasional, harga Emas memiliki karakter cenderung menguat saat harga emas melemah. Karena jika Dolar AS terdepresiasi, maka harga Emas akan menjadi lebih murah bagi pengguna mata uang lainnya, sedemikian hingga dapat mendongkrak permintaan emas di berbagai negara non-AS.
Sementara itu, Suki Cooper dari Standard Chartered mengungkapkan ancaman atas harga emas bersumber dari siklus kenaikan suku bunga Fed yang berkepanjangan, lemahnya permintaan emas fisik, kenaikan yield obligasi AS dan penguatan USD, redemption ETF, serta rendahnya minat investor. Namun, ia menyatakan fungsi emas sebagai Safe Haven bisa mendorongnya meningkat. Sinyal peningkatan minat investor pada emas sebagai Safe Haven ini telah nampak pada akhir tahun 2018.
Dalam sebuah acara yang diadakan London Bullion Market Authority, James Steel dari HSBC menggunakan cara berbeda untuk memproyeksikan masa depan emas. Timnya memproyeksikan peningkatan pesat kelompok ekonomi kelas menengah di sejumlah negara berkembang, termasuk China, Filipina, India, Vietnam, dan Kenya. Kelas menengah saat ini dikategorikan sebagai kelompok konsumen yang menjadi target pemasaran barang mewah, sehingga ia menilai peningkatan tersebut mengindikasikan adanya dukungan bagi permintaan emas sampai tahun 2030.
Secara keseluruhan, menurut sebuah laporan oleh Kitco, mayoritas analis Wall Street memperkirakan harga emas akan naik hingga mencapai rata-rata antara 1.300-1.400 Dolar AS per ons. Angka tersebut hanya selisih sedikit dengan harga emas pada akhir tahun lalu pada kisaran 1.280 Dolar AS. Namun, cukup signifikan jika kita memperhatikan kembali status asli emas sebagai wahana investasi jangka panjang.
Tagged With : analisa fundamental • emas • investasi jangka panjang