Dunia periklanan adalah industri yang bising dan menjengkelkan. Apapun jenis produk atau jasa yang diiklankan, para pengiklan rata-rata menganggap mereka telah membuat satu standar bagi seluruh dunia. Namun terkadang, para pelaku di industri ini melakukannya berlebihan, sehingga efisiensi di industri periklanaan mulai dipertanyakan. Kita seperti tenggelam dalam kampanye-kampanye brand perusahaan Fortune 500. Percaya atau tidak, kondisi seperti ini justru merugikan bahwa para pemilik brand dan marketer yang mengikuti trend secara membabi-buta. Jadi, sebagai seorang pengusaha atau pemimpin dalam bisnis, tidak ada salahnya anda mendalami beberapa kondisi mengapa bisnis anda mati perlahan, padahal anda sudah berupaya maksimal untuk mengembangkannya.
Mengapa Bisnis Mati Perlahan?
Ada beberapa kondisi di mana branding dan iklan yang berlebihan justru bisa ‘membunuh’ bisnis anda secara perlahan. Jika anda melihat bisnis anda tidak berkembang, maka beberapa alasan berikut bisa menjawab pertanyaan mengapa bisnis mati perlahan.
Brand Menjadi ‘Keyakinan” Anda
Di masa lalu, ada suatu panduan umum yang digunakan oleh perusahaan dalam strategi branding, yakni, membuat semacam ‘kitab suci’ yakni sebuah naskah korporasi yang memuat sajak-sajak spiritual tentang perusahaan tersebut. Sama halnya dengan ajaran agama, naskah tersebut tidak hanya memuat hal-hal yang mesti dilakukan perusahaan, namun juga memuat apa saja yang tidak boleh dilakukan.
Perusahaan mungkin bisa mempekerjakan seorang brand specialist atau manajer yang dapat membantu menghindarkan perusahaan dari hujatan-hujatan publik. Akibat mengikuti aturan naskah sakral tersebut dengan cara yang terlalu kaku, mereka bisa saja menghambat atau memperlambat tumbuh dan berkembangnya perusahaan.
Di sisi lain, bisa saja tidak ada naskah sakral atau semacamnya. Namun, perusahaan memiliki seorang pendiri tunggal yang ucapannya ibarat dekrit yang tidak bisa dibantah oleh siapapun di perusahaan. Mereka memiliki semacam kekuatan hegemoni di perusahaan. Sayangnya, banyak yang tidak menyadari bahwa kekuasaan mutlak atas perusahaan bisa merusaknya. Sebuah brand yang baik menggunakan hak atas kekayaan intelektualnya secara demokratis di dalam tim.
Tim Marketing Anda Ibarat Tim Drama
Salah satu miskonsepsi dalam dunia branding adalah bahwa orang-orang kreatif bisa membuat iklan yang kreatif dan bagus. Jika demikian halnya, maka bukankah perusahaan harusnya mengadakan pangeran bisnis di klub-klub jazz, di mana para penyanyi dan musisi bisa menjadi pemimpin dalam merancang visi kreatif mereka? Faktanya tidak begitu. Ketika merekrut anggota untuk tim marketing, mungkin kita merasa bahwa sarjana perfilm-an cocok untuk bidang marketing. Namun, perlu diingat bahwa dunia marketing tidaklah sama dengan dunia film.
Memperlakukan marketing ibarat tim drama adalah salah satu alasan mengapa bisnis mati perlahan, padahal anda menilai bahwa tim marketing anda telah bekerja maksimal. Faktanya, kreativitas memang berperan penting dalam sukses atau tidaknya upaya marketing dan branding sebuah perusahaan, kesuksesan perusahaan tidak ada gunanya jika tidak diukur secara objektif dan hati-hati.
Eksperimen Tidak “Tentang Brand”
Di pasar yang kompetitif, di mana terdapat sekelompok perusahaan yang saling bersaing untuk mendapatkan perhatian konsumen, maka tingkat keberhasilan iklan bisa dikaitkan dengan sejauh apa perusahaan bisa unggul di tengah-tengah persaingan. Perusahaan yang menyalahartikannya bisa jadi membuat iklan untuk meniru kesuksesan-kesuksesan sebelumnya. Mereka bisa saja membuat aturan yang ketat dan cepat seputar iklan tersebut dan menyatukan seluruh saluran pemasaran dengan aturan tersebut. Satu kesuksesan dinilai sudah cukup, dan mereka hanya perlu mengulang dan mengulangi metode yang sama.
Faktanya, perusahaan yang menonjol di tengah persaingan saat ini tidak pernah berhenti bereksperimen, sekalipun mereka sudah sukses. Mereka berusaha melewati batas dari apa yang telah dilakukan sebelumnya. Mereka tidak menolak suatu pendapat hanya karena aturan yang terlalu kaku dan membatasi langkahnya. Tentunya, trial and error adalah bagian penting dari strategi pemasaran. Namun, ada kalanya perusahaan menghindarinya, dan itulah alasan lain mengapa bisnis anda mati perlahan.
Konten Anda Berkinerja Baik, Namun Tidak Otentik
Dalam beberapa tahun ini, industri periklanan dan marketing mengenal User-Generated Content (UGC), yakni sebuah strategi untuk membuat konten yang tampaknya organik, namun tujuan sebenarnya adalah menjalankannya sebagai sebuah iklan berbayar. Para audien muda terhipnotis oleh konten yang otentik, karena dunia memang sedang tenggelam oleh benda-benda berkilau dan suara-suara bising. UGC mendatangi mereka di manapun mereka berada. Seperti itulah cara kerja native advertising.
Beberapa kasus di atas menunjukkan bahwa perusahaan memiliki masalah yang sama, yakni, brand mereka tidak benar-benar menjawab apa yang dibutuhkan konsumennya. UGC, misalnya, adalah suatu format yang membutuhkan sesuatu yang otentik, dan jika dikomunikasikan secara efektif, maka hasilnya sangat luar biasa. Jadi, dalam kaitannya dengan creative marketing, anda harus berfikir layaknya seorang ilmuwan. Metode segmentasi, grup kontrol, dan pengujian variabel akan menjadi pijakan terkuat dalam membangun brand. Jika anda masih melakukan satu atau lebih dari alasan mengapa bisnis mati perlahan sebagaimana dijelaskan di atas, maka mulailah lakukan langkah korektif secara menyeluruh.
Tagged With : manajemen bisnis • marketing • pemasaran bisnis