Budaya organisasi laksana ‘lem’ yang menyatukan unsur-unsur di dalam sebuaah organisasi. Budaya ini juga bisa menyatukan beberapa organisasi. Dengan mengetahui jenis-jenis budaya organisasi yang ada, anda bisa memahami bagaimana cara membentuk budaya di organisasi anda seiring perkembangannya. Seperti dibahas pada beberapa post sebelumnya, budaya organisasi bukanlah sesuatu yang terbentuk secara instan. Namun, butuh waktu yang lama untuk membentuknya – sadar atau tidak – dan butuh waktu yang lama pula untuk mengubahnya.
Ada beberapa jenis budaya organisasi. Mungkin, anda bahkan tidak menyadari budaya tipe apa yang sudah berkembang di perusahaan anda. Oleh sebab itu, pemahaman tentang jenis-jenis budaya organisasi, karakteristik, kelebihan, dan kelamahannya dapat membantu anda melakukan evaluasi serta mengambil langkah-langkah penting untuk mengembangkan budaya yang diinginkan.
Jenis-Jenis Budaya Organisasi: Apa Definisinya?
Namun sebelumnya, anda juga harus benar-benar memahami apa itu budaya organisasi. Secara harfiah, ‘budaya (culture)’ berasal dari bahasa latin ‘colere’ yang berarti memelihara atau membudidayakan. Singkatnya, budaya organisasi berarti bagaimana para pemimpin memelihara, membudidayakan, atau menjaga perusahaan, stakeholders, dan karyawannya. Budaya bisa diartikan sebagai perilaku karyawan dan para pemimpin yang secara konsisten berlaku di perusahaan.
Budaya organisasi menentukan apakah sebuah organisasi mampu mencapai tujuan strategisnya atau tidak, menarik karyawan yang sesuai atau tidak, dan membuat mereka merasa betah atau tidak. Budaya ini juga ‘dijual’ kepada konsumen dan stakeholders kunci, mencerminkan nilai pokok yang berlaku di perusahaan, dan secara langsung mencerminkan para pemimpinnya.
Budaya sebuah organisasi bisa dilihat dari bagaimana proses pengambilan keputusan terjadi di dalamnya – top-down atau bottom-up; dan apakah karyawan merasa percaya diri untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaannya secara bebas tanpa merasa ditolak atau diacuhkan. Wujudnya terlihat dalam beberapa kebijakan, seperti rencana tunjangan bagi karyawan, penghargaan bagi karyawan, atau sistem reward dan punishment yang berlaku di dalam perusahaan.
Jenis-Jenis Budaya Organisasi: 4 Klasifikasi Utama?
Sifat budaya organisasi tidaklah statis, namun terus berkembang melalui intervensi pengembangan organisasi secara sadar atau melalui proses transformasi kultural, dan bahkan secara organik. Secara umum, ada empat klasifikasi budaya organisasi, seperti diidentifikasi oleh Kim Cameron dan Robert Quinn dari University of Michigan, yakni: budaya adhokrasi, budaya suku, budaya hirarki, dan budaya pasar. Masing-masing dari jenis-jenis budaya organisasi ini akan dibahas secara rinci pada bagian selanjutnya.
- Budaya adhokrasi – Budaya penciptaan yang dinamik;
- Budaya suku – Budaya kolaborasi yang ramah dan berwawasan manusia;
- Budaya hirarki – Budaya kontrol yang terstruktur dan berorientasi proses;
- Budaya pasar – Budaya persaingan yang kompetitif dan berorientasi hasil.
Namun, perlu juga diketahui bahwa sebuah organisasi tidak melulu hanya mengadopsi satu jenis budaya organisasi tersebut. Bisa jadi, sebuah organisasi mengadopsi campuran dua atau lebih jenis-jenis budaya organisasi, meskipun tetap ada satu yang mendominasi. Biasanya, semakin besar sebuah organisasi, semakin besar kemungkinan kalau ada lebih dari satu budaya yang berkembang di dalamnya.
Keberadaan satu atau lebih budaya organisasi mungkin menguntungkan di satu sisi, namun bisa juga merugikan, karena akan menjadi tantangan berat ketika perusahaan berusaha menciptakan suatu budaya yang bersatu-padu, terutama di perusahaan yang ada di beberapa lokasi yang berbeda (daerah yang berbeda atau bahkan di negara yang berbeda).
Jenis-Jenis Budaya Organisasi: Budaya Adhokrasi
Adhoraksi adalah gabungan dari kata “ad hoc” dan “birokrasi.” Oleh sebab itu, organisasi yang menganut budaya adhokrasi cenderung fleksibel dan tidak dibatasi oleh prosedur-prosedur atau kebijakan-kebijakan birokratis. Hal yang menjadi penekanan pada budaya ini adalah inovasi dan perbaikan secara terus-menerus. Langkahnya biasanya cepat, dan cenderung menentang status quo.
Kebanyakan perusahaan pendatang baru dan perusahaan teknologi seperti Apple, Google, dan Facebook digerakkan oleh budaya adhokrasi, karena budaya ini memberi mereka ruang untuk lebih inovatif. Ruang untuk berinovasi sangat diperlukan untuk kesuksesan perusahaan teknologi di pasar yang selalu berubah dan sangat kompetitif.
Namun, ketika perusahaan pendatang baru menjadi perusahaan teknologi raksasa, seperti Google atau Apple, maka budaya adhokrasi tersebut cenderung memudar di seluruh aspek organisasi. Akan muncul beberapa fungsi dan unit-unit bisnis yang membutuhkan struktur yang lebih baik. Ada kalanya, bergerak lebih lambat dinilai lebih baik bagi organisasi, misalnya, di aspek etik dan kepatuhan. Oleh sebab itu, budaya adhokrasi bisa jadi terbatas pada unit-unit tertentu untuk memastikan bahwa perusahaan tetap inovatif dan kompetitif di pasaran.
Bagaimana mengembangkan budaya adhokrasi ini? Jawabannya mungkin tidak mudah, karena bisa jadi perusahaan harus mengambil strategi bisnis yang beresiko tinggi, tergantung jenis usaha yang sedang anda jalankan. Namun, dengan menerapkan strategi dan melakukan evaluasi, perusahaan bisa membagi ide-ide besar yaang bisa membantu mendorong kinerjanya. Berikan penghargaan kepada tim-tim yang mampu berfikir outside-of-the-box.
Dapatkan pembahasan lebih lanjut tentang jenis-jenis budaya organisasi pada post selanjutnya.
Tagged With : budaya organisasi • manajemen bisnis