Merebaknya wabah virus Corona dari China saat ini sedang menjadi headline yang viral di seluruh dunia. Bagaimana reaksi Anda menanggapi berita tersebut? Banyak orang menanggapinya dengan berupaya untuk tidak bepergian ke kawasan yang terdampak. Setidaknya, jika perjalanan itu tak dapat dihindari, maka mereka pasti akan berpikir dua kali untuk tinggal lebih lama. Gambaran ini meningkatkan kewaspadaan para ekonom mengenai potensi dampak lebih luas yang ditimbulkan oleh wabah virus Corona.
Analis dari Goldman Sachs, salah satu bank multinasional terkemuka yang berpusat di Amerika Serikat, mengatakan bahwa virus Corona dari China itu merupakan ancaman internasional berdampak moderat. Perkembangan wabah berpotensi memangkas permintaan terhadap komoditas minyak hingga 260,000 barel per hari (bph). Apabila proyeksi itu terealisasi, maka harga minyak berpotensi merosot nyaris USD3 per barel.
Pasalnya, penyebaran virus mirip SARS tersebut akan semakin mendorong orang-orang untuk menghindari perjalanan jarak jauh via pesawat. Virus ini awalnya diperkirakan hanya menular antar hewan, dengan beberapa diantaranya menular pula ke manusia. Namun, bukti-bukti terbaru menunjukkan bahwa virus dapat ditularkan antar manusia. Sejak WHO mendapatkan pemberitahuan mengenai kemunculan virus pada akhir Desember 2019, ratusan kasus telah mengemuka di berbagai negara dengan 9 korban tewas.
Bloomberg mencatat bahwa wabah SARS pada era 2002-2003 yang juga bersumber dari China, sempat mengakibatkan kemerosotan trafik tahunan pada maskapai penerbangan Asia hingga 8 persen. Namun, dampaknya cenderung terbatas dalam kawasan Asia saja, karena maskapai lain tidak terdampak signifikan.
“Meskipun respons (perubahan) suplai OPEC dapat membatasi dampak fundamental dari kejutan (kemerosotan) permintaan seperti itu, ketidakpastian awal tentang potensi jangkauan epidemi dapat mengakibatkan aksi jual harga yang lebih besar daripada yang ditunjukkan oleh fundamental-nya,” papar Damian Courvalin dan Callum Bruce dari Goldman Sachs, sebagaimana dilansir oleh Bloomberg.
Bursa saham Wall Street kemarin sudah dilanda aksi jual akibat munculnya satu kasus korban yang terkena virus di kawasan Amerika Serikat. Sebelum itu, kasus serupa telah terdeteksi pula di Korea Selatan, Thailand, Jepang, serta kawasan khusus Hong Kong dan Taiwan. Semuanya berjarak jauh dari sumber insiden awal di kota Wuhan, provinsi Hubei, China. Wabah dikhawatirkan bakal menjangkau lebih luas lagi, mengingat perayaan imlek beberapa hari ke depan biasanya ditandai dengan “mudik” diaspora China kembali ke negerinya.
Tagged With : analisa fundamental • komoditas • minyak