Bayangkan jika anda tinggal di salah satu pulau terpencil di Indonesia dan ingin berbelanja secara online. Bisa saja, alamat di mana anda tinggal tidak terbaca oleh aplikasi peta, seperti Google Maps, atau alamat anda tidak dilayani oleh perusahaan e-Commerce Indonesia maupun perusahaan jasa kurir. Hal ini mungkin terdengar mustahil, namun ini adalah fakta yang dihadapi oleh banyak orang di Indonesia.
Indonesia memiliki lebih dari 265 juta penduduk yang tinggal di ratusan pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Akibatnya, logistik dan layanan e-Commerce Indonesia menjadi salah satu tantangan. Penduduk yang tinggal di daerah terpencil biasanya tidak memiliki alamat formal yang spesifik. Bahkan, banyak rumah yang tidak memiliki nama jalan dan nomor.
Tantangan dalam Industri e-Commerce Indonesia
Bukan hanya tantangan logistik, penipuan online masih menjadi salah satu mimpi buruk di negara ini. Belum lagi masalah kepercayaan, yang menjadi hambatan dalam sistem pembayaran. Meskipun merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia belum memiliki pasar e-commerce yang berkembang dengan baik, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia Tenggara.
Namun, pasar e-commerce Indonesia memiliki tingkat persaingan yang sangat tinggi, di mana perusahaan milik penduduk lokal dan perusahaan yang disokong oleh China saling bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar. Kemudian, penetrasi kartu kredit menurut laporan JPMorgan masih diangka 0.07 per kapita. Sementara itu, Americas Market Intelligence melaporkan bahwa sistem pembayaran e-commerce di Indonesia masih seimbang antara pembayaran tunai, transfer bank, e-wallet, dan kartu debit.
Karena berbagai faktor di atas, navigasi terhadap sistem pembayaran di Indonesia merupakan suatu tantangan bagi perusahaan yang ingin mendapatkan akses ke pasar Indonesia. Namun sebenarnya, perjuangan untuk melakukan penetrasi pasar e-commerce di Indonesia tidak akan sia-sisa karena ternyata Indonesia adalah target e-commerce yang sedang populer dan sedang dilirik banyak pelaku e-commerce dunia. Kenapa?
Mengapa Industri e-Commerce Indonesia Menjadi Sasaran?
Pasar e-commerce Indonesia berkembang pesat. Sejak Tahun 2015, nilai barang yang terjual secara online naik dua kali lipat setiap tahunnya. Di Tahun 2018, pendapatan e-commerce di Indonesia menjadi $7.62 milyar dan diperkirakan akan mencapai $53 milyar pada Tahun 2025. Salah satu penyebabnya diperkirakan adalah karena hampir 60% penduduk Indonesia masih berusia di abwah 40 tahun. Penetrasi layanan ponsel sudah sangat tinggi pada kelompok usia ini.
E-commerce di Indonesia juga berkembang jauh lebih cepat dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya. Saat ini, terjadi peralihan kebiasaan belanja online karena pengguna ponsel pintar yang terus berkembang. Hampir 90% pengguna online mengakses internet melalui ponsel. Faktanya, akan sangat sulit mengatasi pasar Indonesia karena perkembangan konsumen yang melakukan pembelian secara online mencapai 5.9% per tahun. Sementara itu, nilai barang yang dibeli secara online berkembang 23%.
Mengatasi Tantangan di Pasar e-Commerce Indonesia
Meski demikian, harus diketahui bahwa masih banyak tantangan yang dialami para pelaku e-commerce Indonesia, seperti dibahas di atas. Beberapa strategi berikut mungkin membantu anda:
Bekerja Sama dengan Pakar Lokal
Pengeluaran domestik Indonesia mencapai 57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara itu, segmen penduduknya cukup menarik, karena terjadinya arus urbanisasi yang cukup cepat serta terbentuknya kluster-kluster kota-desa di beberapa daerah. Menurut para pakar e-commerce, penduduk yang tinggal di wilayah-wilayah ini merupakan kelompok konsumen yang konsumtif. Ada sekitar 70 juta penduduk di segmen ini.
Jika bekerja sama dengan mitra lokal, anda bisa memahami perilaku konsumen dan penerimaan mereka terhadap sistem pembayaran, demikian juga potensi tantangan geografis yang mungkin dihadapi. Cobalah cari seseorang yang paham dengan aturan hukum setempat dan sistem pembayaran dengan mata uang lokal.
Cegah Penipuan dengan Memaksimalkan Konversi
Praktek penipuan online di Indonesia kerap dikaitkan dengan transaksi kartu. Jadi, 3D Secure (3DS) – sebuah protokol keamanan yang dirancang untuk mengamankan transaksi online – sangat penting untuk meningkatkan konversi. Jadi, pastikan usaha anda menawarkan solusi yang dapat mencegah penipuan secara online.
Dukung Semua Metode Pembayaran yang Relevan
Seperti dibahas di atas, metode pembayaran tunai, kartu kredit, debit, maupun transfer bank masih relatif sebanding di Indonesia. Pada Tahun 2018, penetrasi kartu kredit di angka 2%, sementara pembayaran dengan kartu secara total mencapai 27% dari sistem pembayaran e-commerce. Transfer bank dan tunai mencapai total 47%, sehingga metode ini masih menjadi alternatif populer.
Ada lebih dari 20 metode pembayaran yang relevan di Indonesia. Jadi, salah satu kunci untuk masuk ke pasar e-commerce Indonesia adalah dengan solusi integrasi satu untuk semua. Karena penetrasi kartu kredit masih rendah, jika sebuah perusahaan bisa menyediakan metode pembayaran yang relevan untuk penduduk lokal, maka perusahaan tersebut akan bisa menjangkau sebagian besar pengguna transaksi online. Tentunya, ini sebuah tantangan sekaligus peluang yang menjanjikan.
Tagged With : bisnis • bisnis online • industri e-commerce