Bekerja dari Rumah: Sepenting Apa Ruang Kerja Anda? – Part 1

Kualitas lingkungan kerja anda tentunya mempengaruhi pengalaman bekerja dari rumah alias WFH anda. Jadi, persepsi apakah bekerja dari jarak jauh berhasil atau tidak sangat bervariasi antar wilayah. Perpindahan tempat kerja secara tiba-tiba dari kantor ke rumah menjadi pengalaman yang berbeda pada setiap orang. Ada yang merasakannya sebagai hal positif, namun tidak sedikit yang menganggapnya membawa dampak negatif, terutama bagi mereka yang lingkungan tempat tinggalnya berbeda-beda.

Sebuah penelitian terbaru dari Stanford University menunjukkan bahwa hanya 49% dari pekerja di Amerika yang masuk kerja secara virtual dari ruangan khusus, sementara 51% lagi bekerja dari kamar tidur atau area umum. Ukuran dan lokasi ruang kerja anda, atau dengan siapa anda menggunakannya, memainkan peran penting dalam menentukan seberapa mampu anda bekerja dari rumah selama masa pandemi.

Bekerja dari rumah (5)

Bekerja dari Rumah: Pentingnya Ruang Kerja

Hasil temuan di atas menunjukkan mengapa persepsi awal kalau bekerja dari rumah merupakan opsi yang bagus dimaknai berbeda-beda antar kelompok usia, jenis kelamin, dan status ekonomi. Ini juga bisa membantu membentuk masa depan sistem kerja hybrid yang sedang kita jalani saat ini. Beberapa aspek dan persepsi berikut mungkin mempengaruhi anda:

‘Ruang Kerja Adalah Barang Mewah’

Di awal gelombang peralihan ke sistem kerja jarak jauh, kita langsung menemukan sejumlah masalah, yakni: bagaimana bekerja tanpa meja kerja, bagaimana mengatur posisi laptop secara ideal, dan bagaimana agar seluruh entitas perusahaan bisa menggunakan Zoom. Sekarang, masala-masalah sederhana tersebut sudah teratasi. Namun ternyata, diperlukan waktu yang lebih lama untuk memikirkan faktor-faktor yang lebih luas, misalnya: bagaimana kualitas lingkungan kerja kita menentukan bagaimana perasaan kita saat bekerja.

Hingga saat ini, tidak semua kita memiliki fasilitas yang cukup untuk bekerja secara nyaman dari rumah. Ada yang berjuang untuk menghubungi klien secara rutin dan membutuhkan podcast untuk merekam pembicaraan. Ada yang harus bekerja dari kamar kos yang digunakan bersama seorang teman. Di ruang publik, Wi-Fi yang tersedia mungkin tidak cukup kuat untuk melakukan video calls; demikian juga di ruang tamu kos-kosan. Ada yang bekerja dari meja dapur, dari meja lipat, dan dari kamar yang berdinding tipis.

Di atas adalah beberapa contoh kondisi yang dihadapi karyawan saat bekerja dari rumah. Bagi karyawan yang bekerja pada kondisi seperti di atas, ruang kerja tersendiri menjadi barang mewah, bukan? Bekerja di ruang kerja yang digunakan bersama orang lain tentunya cukup melelahkan. Otak kita mungkin hanya bisa mengatasi sedikit masalah setiap harinya. Semakin banyak anda memeras otak, semakin sedikit energi dan kapasitas yang tersisa untuk hal-hal lain.

Perbedaan Antar Generasi

Penelitian lagi menemukan adanya perbedaan antara pekerja yang relatif muda dan relatif tua. Misalnya, para manajer atau boss perusahaan pastinya memiliki ruang kerja yang bagus di rumah, sehingga tidak menyadari betapa susahnya bekerja dari rumah bagi karyawan muda yang belum begitu bagus dalam akrirnya. Banyak pekerja muda yang mengalami kondisi seperti dijelaskan di atas, ya, konteks pekerjaan dan lingkungan kerja yang berbeda jauh.

Sejak dahulu, kaum millenial dipandang sebagai generasi yang paling senang dengan sistem kerja jarak jauh. Namun, penelitian terbaru justru menunjukkan bahwa mereka berjuang lebih keras dibanding generasi yang lebih tua dan sudah lebih mapan. Sebuah penelitian yang melibatkan 12.000 karyawan, pimpinan HR, manajer, dan eksekutif C-level di perusahaan teknologi raksasa Oracle menemukan:

  • 89% karyawan yang berusia 22 hingga 25 tahun dan 83% karyawan usia 26-37 tahun mengatakan bahwa mereka mengalami stress dan rasa lelah lebih tinggi pada tahun ini dibanding tahun lalu. Masalahnya adalah: sistem kerja jarak jauh telah mengurangi batas antara kehidupan pribadi dan keseimbangan pekerjaan.
  • Hanya 62% karyawan usia 55 hingga 74 tahun yang mengalami stress lebih tinggi.

Sebuah penelitian oleh Gensler Research Institute, berbeda terhadap 2.300 karyawan di AS yang baru bekerja dari rumah menunjukkan bahwa sekalipun Gen Z dan pekerja milenial lebih siap menggunakan teknologi untuk bekerja dari rumah,  mereka justru merasakan rasa puas yang lebih rendah terhadap pekerjaan mereka dari hari ke hari. Mengapa?

  • Sekitar 50% Gen Z dan millenial melaporkan kesulitan untuk menghindari distraksi (hal-hal yang mengalihkan konsentrasi mereka), sementara hanya 33% pekerja senior merasakan hal yang sama;
  • 37% Gen Z dan millenial merasa kesulitan menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan; sementara itu, hanya 25% pekerja senior yang merasakannya.

Distraksi dan keseimbangan menjadi isu yang penting bagi pekerja muda yang tidak memiliki ruang kerja yang tenang di rumah. Padahal, para manajer mengharapkan mereka bekerja dengan baik. Namun, jika anda bahkan tidak memiliki ruang untuk bekerja, bagaimana anda bisa bekerja dengan baik?

Tagged With :

Leave a Comment