Bagi kebanyakan pekerja, keseimbangan pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah sesuatu yang mahal, dan bahkan ada yang menganggapnya sebagai prestasi. Para pakar menilai kalau pandangan ini salah. Mengapa? Keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi semestinya bukanlah suatu prestasi, melainkan sebuah kebutuhan. Sayangnya, upaya untuk mendapatkan keseimbangan ini telah mendominasi topik pembicaraan seputar karir selama bertahun-tahun, terutama di kalangan orang tua yang bekerja.
Konseonya kerap disajikan sebagai sesuatu untuk dicapai, atau tujuan yang akan diraih. Ketika anda mencapainya, orang akan berkata “Selamat, anda mendapatkannya!” Namun permasalahannya adalah itu bukanlah pencapaian, menurut sejumlah penelitian terbaru. Sejumlah peneliti saat ini mendorong kita untuk tidak lagi berfikir bahwa keseimbangan pekerjaan dan kehidupan pribadi merupakan suatu prestasi.
Keseimbangan Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi: Pandangan Para Ahli
Belakangan ini, para peneliti lebih cenderung memandangnya sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup – suatu praktek yang tidak pernah berakhir dan membutuhkan kesadaran diri dan kehati-hatian. Berikut adalah beberapa pandangan para ahli:
Refleksi Sebuah Penelitian
Lupakan tujuan anda untuk menciptakan keseimbangan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Sejumlah peneliti di ESSEC Business School dan University of Roehampton menemukan bahwa keseimbangan tersebut merupakan suatu siklus, bukan prestasi. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada Tahun 2020, para peneliti tersebut mewawancarai 80 orang karyawan di dua perusahaan di London. Jumlah pria dan wanita seimbang, usia antara 30 hingga 50 tahun. Semua responden memiliki setidaknya 1 orang anak, dan bekerja di level manajemen menengah atau senior.
Meski semua responden terdengar sama, sebenarnya ada hal yang membedakan: sekitar 30% pria dan 50% wanita melaporkan kalau mereka tidak menyukai jam kerja yang lama. Responden lainnya bekerja dengan waktu kerja panjang karena mereka berfikir itulah yang harus dilakukan para profesional yang sukses.
Apa Yang Ditemukan pada Peneliti
Ketika para peneliti ini melihat lebih dekat pada responden yang menolak waktu kerja lama, mereka menemukan bahwa para pekerja tersebut sebenarnya memiliki strategi yang hampir sama untuk menjaga keseimbangan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Mereka menerapkan prinsip refleksibilitas, yakni kemampuan untuk refleksi diri dan mengambil langkah-langkah penting untuk menyesuaikan hal-hal yang menghalangi mereka.
Mereka berhenti sejenak dan mempertanyakan siatuasinya dan melakukan refleksi emosi dan situasi. Para peneliti menemukan 5 langkah yang mereka lakukan untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan:
- Berhenti sejenek, dan menetralisir pemikiran seperti “Saya seorang profesional, jadi saya harus bekerja, bekerja, bekerja.” Mereka juga bertanya pada diri sendiri, “Apa yang saat ini membuat saya stress?”
- Setelah menemukan penyebabnya, mereka introspeksi diri untuk mengosongkan emosi, “Apakah saya merasa marah, sedih, atau berenergi?”
- Bertanya pada diri sendiri “Apakah bekerja dalam waktu lama benar-benar setara dengan waktu yang tersisa untuk keluarga?”
- Mempertimbangkan alternatifnya: “Apakah ada sesuatu di tempat kerja yang bisa diubah untuk mengakomodir prioritas baru ini?”
- Menerapkan perubahan tersebut, seperti meminta waktu kerja yang lebih fleksibel kepada supervisor, atau memutuskan untuk tidak menerima semua proyek yang ditawarkan.
Diskusi tentang Keseimbangan Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi
Proses lima langkah yang dibahas di atas bisa diterapkan oleh siapa saja. Anda bisa mengubah dan menyesuaikan kehidupan profesi anda menjadi sesuatu yang lebih harmonis dengan kehidupan pribadi. Caranya, lakukan tahapan tersebut dan evaluasi diri secara terus-menerus. Penelitia tersebut menunjukkan bahwa kesadaran atas kondisi emosional anda sangat diperlukan untuk menentukan jenis perubahan apa yang anda inginkan dalam kehidupan kerja maupun kehidupan pribadi anda.
Seorang pakar dari New York University bernama Lechner sepakat bahwa menciptakan keseimbangan hidup adalah proses yang berlangsung terus-menerus. Masalahnya bukan hanya satu atau dua jam, atau sekedar menghabiskan beberapa jam di kantor, di gym, bersama anak-anak, mengerjakan pekerjaan rumah, atau meditasi. Sekalipun anda membagi waktu sama rata, namun jika sumber tekanan emosionalnya tidak diatasi, maka waktu yang anda habiskan di rumah menjadi tidak menyenangkan.
Keseimbangan Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi: Apa Yang Harus Dilakukan?
Tentu saja, tindak lanjut atas hasil penelitian di atas tidak bisa anda selesaikan sendiri. Sebuah penelitian oleh Erin Kelly dari Massachussetts Institute of Technology menunjukkan bahwa perusahaan dan para manajer berperan dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi para karyawannya. Perusahaan bisa merancang kembali sistem pengelolaan lingkungan kerja untuk memberikan peluang bagi karyawan menjaga keseimbangan kehidupan kerja dan kehidupan pribadinya.
Erin Kelly menemukan bahwa perusahaan yang melakukan penyesuaian sistem kerja bisa menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik. Tingkat kepuasan kerja karyawan juga lebih baik, dan para akhirnya, mereka merasa lebih puas dengan pekerjannya. Menurut laporannya, karyawan yang berada di kelompok ini melaporkan tingkat stress yang lebih rendah dibanding karyawan yang bekerja di lingkungan yang hampir sama.
Tagged With : manajemen bisnis • Manajemen Usaha