Aksessibilitas Web, Kunci Keadilan Informasi Bagi Semua

Kurangnya aksessibilitas web pada web-web maupun layanan online yang ada saat ini semakin menghambat penyandang disabilitas untuk menikmati kenyamanan dan manfaat yang ditawarkan oleh internet. Semakin banyak konsumen yang betransaksi online dibanding sebelumnya. Sayangnya, akses e-commerce bagi penyandang disabilitas masih sangat terbatas, karena saluran-saluran yang ada saat ini seolah-olah menghambat mereka untuk berpartisipasi pada kemajuan e-commerce global.

Perusahaan e-commerce tidak bisa mengabaikan pentingnya aksessibilitas web, yang merupakan hak asasi dan merupakan hal penting yang harus dolakukan. Terlepas dari advokasi ini, ada semacam dorongan wajib bagi badan usaha untuk memprioritaskan aksessibilitas web ini: pendudukan usia kerja yang mengalami disabilitas dilaporkan memiliki penghasilan sekitar $490 juta. Selain itu, masalah ini telah menjadi topik pembahasan legislatif di seluruh dunia, di mana setiap regulasi yang ada semakin mendesak website untuk memenuhi standar aksessibilitas dimaksud.

aksessibilitas web

Tuntutan Terhadap Akessibilitas Web

Jika aksessibilitas website ini dilanggar, berarti perusahaan melewatkan satu segmen pasar yang cukup luar. Selain itu, mereka juga melanggar aturan kepatuhan yang ada.  Jadi, industri saat ini menghadapi tekanan yang jauh lebih besar untuk menyediakan aksessibilitas website bagi penyandang disabilitas. Sejumlah regulasi memaksa perusahaan menerapkan standar aksessibilitas terhadap website-nya jika ingin menghindari tuntutan hukum. Sebenarnya, tuntutan hukum terhadap perusahaan yang tidak melayani penderita disabilitas sudah semakin banyak bermunculan. Di Amerika Serikat sendiri, pada Tahun 2018 terhadap 2.258 masalah hukum yang terkait dengan aksessibilitas web.

Salah satu contoh kasus melibatkan Domino’s Pizza, yang kalah pada kasus hukum yang diajukan Guillermo Robles. Pria buta ini tidak bisa memesan pizza menggunakan website maupun app milik Domino, sekalipun ia menggunakan software pembaca layar. Kasus lainnya adalah tuntutan dari Kathleen Sypert terhadap Glossier, sebuah brand kecantikan. Sypert menyatakan bahwa dirinya dan penyandang disabilitas lainnya tidak memiliki akses yang sama dengan penduduk lain terhadap website milik perusahaan. Menurut penuntut, tidak adanya alt-text di website menyebabkan mereka tidak mendapatkan banyak informasi seperti rincian produk dan harga.

Bagi badan usaha, menghadapi tuntutan hukum semacam itu dapat menimbulkan kerugian besar dalam bentuk biaya perkara dan denda. Lebih parah lagi, reputasi mereka bisa terganggu sehingga menyebabkan hilangnya reputasi konsumen. Berita baiknya adalah bahwa aksessibilitas website saat ini menjadi lebih mudah melalui platform seperti accessiBe. Setelah berhasil menggalang dana sekitar $12 juta dan lebih dari 40.000 konsumen, accessiBe berupaya untuk mengubah status quo secara luas.  accessiBe menggunakan Artificial Intelligence (AI) untuk melakukan scanning terhadap website dan mengubah code dan konten website secara otomatis sesuai dengan Web Content Accessibility Guidelines (WCAG).

Cara Menerapkan Akessibilitas Web

Mungkin, sulit untuk menghitung nilai dari solusi seperti accessiBe secara penuh jika kita tidak benar-benar memahami berapa banyak website yang masih tidak terakses saat ini oleh penyandang disabilitas. accessiBe menemukan bahwa sebagian besar website yang ada tidak memenuhi ketentuan terkadai aksessibilitas web. Artinya, penderita disabilitas mungkin kesulitan atau tidak bisa mengakses halaman website, karena alat bantu mereka tidak bisa memproses konten atau navigasi menu-menu pada website. Menurut studi yang dilakukan accessiBe, 90% website yang ada tidak memenuhi elemen uji aksessibilitas ini.

Platform seperti accessIbe sangat membantu para pemilik website dan perusahaan yang sedang mencari solusi murah dan efektif untuk membuat website mereka patuh terhadap WCAG. Para pemilik situs harus mengintegrasikan satu baris JavaScript ke websitenya agar bisa menerapkan standar aksessibilitas secara otomatis. Begitu terintegrasi, accessiBe akan mengubah halaman web dalam hitungan jam, termasuk:

  • Optimasi untuk screen reader. Platform ini secara otomatis menambahkan alt-text ke website yang digunakan screen readers untuk menterjemahkan informasi di layar menjadi ucapan. Dengan demikian, orang yang terganggu penglihatannya bisa mendengarkan deskripsi verbal dari gambar; hal semacam ini tentunya sangat penting bagi situs e-commerce, karena situs e-commerce umumnya sangat visual.
  • Navigasi keyabord. Platform seperti accessiBe memastikan bahwa sebuah website bisa dinavigasi oleh orang yang mengalami gangguan motorik. Pengguna bisa melakukan navigasi website menggunakan tombol TAB.
  • Penyesuaian warna dan text. Dengan menambahkan kode JavaScript ke website, maka secara otomatis panel aksessibilitas akan disesuaikan sehingga bisa dilihat oleh orang yang menderita buta warna, katarak, atau gangguan penglihatan lainnya.
  • Kamus built-in. Fitur ini berguna bagi lansia yang mengalami gangguan kognitif. Mungkin mereka tidak memahami bahasa-bahasa canggih seperti jargon atau slang. Kamus ini akan membantu mereka memahami konten website tanpa harus meninggalkan situs.

Dengan munculnya platform seperti accessiBe, diharapkan bahwa masalah aksessibilitas web bisa diatasi secara perlahan. Tentunya, para pemilik bisnis harus benar-benar memahami pentingnya masalah ini. Demikian juga dengan para pembuat regulasi, harus benar-benar bisa menegakkan aturan yang ada, sehingga tidak ada lagi ketimpangan dalam mengakses informasi apapun di internet.

Tagged With :

Leave a Comment