Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street mengalami penurunan setelah rilis data aktivitas pabrik yang mencapai level terendah dalam 10 tahun terakhir. Akibatnya, Wall Street tumbang pada perdagangan hari pertama ini.
Investor disebut menarik investasi pasar sahamnya setelah laporan Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan bahwa indeks aktivitas manufaktur bulan September berada di 47,8.
Laporan tersebut muncul sepekan sebelum negosiasi perdagangan AS dan China. Sekaligus juga menjadi laporan terkini kontraksi manufaktur global. Data manufaktur AS ini mirip dengan data manufaktur di Zona Euro, Jepang, Inggris, dan China.
Angka indeks aktivitas manufaktur di bulan September tadi anjlok dibanding kontraksi Agustus dan jauh di bawah ekspektasi ekonom. Sebelumnya para ekonom memperkirakan ekspansi ada di angka 50,1.
Angka di bawah 50 tadi mengindikasi terjadinya kontraksi. Investor pun dinilai masih akan menunggu data tenaga kerja di akhir pekan ini untuk melihat kekuatan ekonomi AS lebih lanjut.
Sementara, hal ini berdampak pada penurunan indeks Dow Jones Industrial Average yang anjlok sebesar 1,28 persen ke level 26.573,04. Indeks S&P 500 turun 1,23 persen ke level 2.940,25. Sedangkan Nasdaq Composite turun 1,13 persen ke 7.908,68.
Head of Bianco Research Jim Bianco mengatakan, data aktivitas manufaktur yang baru dirilis tersebut buruk, sejalan dengan resesi manufaktur global.
“Saya melihat wajar kalau pasar khawatir, tapi kita perlu melihat apakah angka manufaktur lain sesuai dengan angka tersebut, setidaknya angka jumlah pembayaran gaji manufaktur yang akan dirilis Jumat,” katanya dikutip Reuters, Rabu (2/10).
Sedangkan Ekonom Jefferies, Thomas Simons, menyebut jika kontraksi manufaktur ini tidak mencerminkan pelemahan ekonomi Amerika secara luas. Data tersebut terjadi akibat sejumlah faktor, termasuk masalah produksi Boeing Co terkait pesawat populer yang kini masih belum boleh terbang oleh otoritas penerbangan global.
“Manufaktur dalam kondisi resesi, tapi tidak berarti ekonomi secara keseluruhan berada dalam resesi,” katanya.