Setelah mengobrak-abrik pasar dengan pernyataannya soal rencana kenaikan tarif impor China bulan depan sebesar 10%, Sabtu (03/Agustus) dini hari ini Presiden AS Donald Trump mengumumkan perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa. Berbeda dengan kepada China, untuk kerjasama dengan UE, Trump setuju untuk menggencarkan ekspor daging sapi.
Disaksikan oleh para pejabat berwenang dan perwakilan industri daging sapi di Gedung Putih, Trump menandatangani kesepakatan untuk menurunkan batasan-batasan perdagangan di Eropa, dan melebarkan pangsa pasar bagi para petani dan peternak Amerika.
Menurut pernyataan Kantor Perwakilan Perdagangan AS, salah satu poin dalan perjanjian tersebut adalah soal kebebasan pajak tahunan ekspor daging sapi AS ke Uni Eropa, yang diekspektasikan akan ditingkatkan tiga kali lipar dari $150 juta menjadi $420 juta.
“Ini adalah kemenangan besar bagi para petani AS, peternak, dan tentu saja para konsumen Eropa,” ungkap Trump di Gedung Putih pasca penandatanganan perjanjian.
Upaya Trump Mengurangi “Musuh”
Meski demikian, banyak pihak yang menduga bahwa perjanjian ekspor daging sapi tersebut adalah salah satu strategi Trump untuk membenahi sektor industri agrikultur AS yang hampir rusak akibat perseteruan dagang dengan China. Pemerintahan Trump baru-baru ini juga mengumumkan rincian paket bantuan untuk petani yang terdampak konflik perdagangan, senilai $16 miliar.
Melalui Perjanjian Daging Sapi dengan Uni Eropa ini pula, Trump bertujuan untuk mengurangi eskalasi konflik perdagangan dengan Uni Eropa, setelah sebelumnya mengumumkan penundaan kenaikan tarif impor mobil dan suku cadang otomotif dari kesatuan negara-negara tersebut. Meski demikian, dalam pidatonya malam ini, Trump sempat berkelakar mengenai tarif impor untuk BMW dan Mercedes Benz.
Selain itu, presiden AS tersebut juga sedang berupaya untuk meminimalisasi dampak buruk terhadap sektor ekonomi dan politik dari berbagai konflik, jelang Pilpres AS tahun 2020 mendatang.