Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street seketika anjlok usai Presiden AS Donald Trump menulis cuitan di Twitter, yakni akan mengenakan tarif tambahan 10 persen atau senilai USD 300 miliar untuk impor China.
Dilansir Reuters, Jumat (2/8), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 280,85 poin atau 1,05 persen menjadi 26.583,42, indeks S&P 500 (SPX) kehilangan 26,82 poin atau 0,9 persen menjadi 2.953,56 dan Nasdaq Composite (IXIC) turun 64,3 poin atau 0,79 persen ke 8.111,12.
Setelah menghabiskan sebagian besar sesi menghijau sejak Juni, ketiga indeks saham utama AS tiba-tiba berbalik arah. Investor juga dengan cepat menjual saham usai cuitan Trump tersebut.
Pasar obligasi juga langsung melemah akibat komentar Trump tersebut, mendorong imbal hasil obligasi AS ke penurunan tertajam dalam lebih dari setahun. Imbal hasil benchmark 10 obligasi AS bahkan turun ke level terendah sejak November 2016.
Indeks Volatilitas CBOE, yang mengukur kecemasan investor, melesat ke level tertinggi sejak 4 Juni.
“Masalah terbesar bagi investor untuk disadari adalah ini sistemik dan akan menjadi masalah berkelanjutan antara AS dan China. Pasar tidak suka ketidakpastian,” kata Joseph Quinlan, Kepala Strategi Pasar kantor investasi utama untuk Merrill dan Bank of America Private Bank di New York .
Aksi jual terjadi setelah pemotongan suku bunga pertama Federal Reserve AS dalam satu dekade. Pernyataan dari Ketua The Fed Jerome Powell, yang menahan harapan untuk pemotongan bunga acuan lebih lanjut tahun ini juga membuat investor berbondong-bondong menjual sahamnya.
“Sepertinya presiden menggertak Ketua Federal Reserve untuk mengobarkan perang dagangnya,” kata Michael O’Rourke, Kepala Strategi Pasar di Jonestrading di Greenwich, Connecticut.
Sebelumnya di sesi awal, Wall Street mendapat dorongan dari serangkaian laba positif dari berbagai perusahaan, termasuk General Motors Co, Kellogg Co, Verizon Communications Inc dan Yum Brands Inc.
Sektor manufaktur AS pada Juli 2019 menunjukkan perlambatan hampir tiga tahun terakhir, menurut Institute for Purchasing Manager Index (PMI) Institute for Supply Management. Selain itu, investor juga tengah menanti laporan pekerjaan dari Departemen Tenaga Kerja AS.
Dari sebelas sektor utama dalam S&P 500, delapan ditutup di teritori negatif, dengan industri keuangan dan energi mencatatkan persentase kerugian terbesar.
Sementara itu, sebanyak 355 perusahaan S&P 500 telah melaporkan kinerjanya selama kuartal II 2019. Dari jumlah itu, 74,4 persen telah melampaui estimasi analis, menurut data Refinitiv.
Truk pick-up dan SUV mendorong laba kuartal II General Motors, tetapi saham pembuat mobil itu berubah negatif setelah cuitan Trump, mengakhiri sesi turun 0,5 persen.
Kellogg melonjak 9,3 persen karena permintaan Amerika Utara yang lebih tinggi membantu perusahaan makanan kemasan itu mengalahkan perkiraan kuartal II.
Saham Yum Brands Inc melonjak 3,9 persen setelah mengalahkan proyeksi analis soal laba dan ekspektasi penjualan pada pertumbuhan yang lebih baik, termasuk pada Taco Bell dan Pizza Hut.
Volume perdagangan di Wall Street mencapai 9,89 miliar saham, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 6,48 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.