Jelang Kebijakan Suku Bunga The Fed, Wall Street Ditutup Menguat

Pada perdagangan hari Selasa (14/3/2023), Indeks saham Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup menguat. Ini karena sebagian besar data inflasi sesuai target, sehingga meredakan kekhawatiran di sektor perbankan terkait ekspektasi kenaikan suku bunga pada pertemuan Federal Reserve pekan depan.

Mengutip Reuters, Rabu (15/3), Dow Jones Industrial Average naik 336,26 poin (1,06 persen) ke level 32.155,4. S&P 500 naik 64,8 poin (1,68 persen) menjadi 3.920,56, dan Nasdaq Composite bertambah 239,31 poin (2,14 persen) menjadi 11.428,15.

Ketiga indeks saham utama AS ditutup naik tajam, dengan S&P 500 dan Dow naik lebih dari 1 persen dan Nasdaq yang tech-heavy melonjak lebih dari 2 persen, didorong kejatuhan Silicon Valley Bank dan Signature Bank.

Kekhawatiran soal bank mereda pada hari Selasa karena Presiden AS Joe Biden dan pemangku kebijakan global lainnya berjanji bahwa krisis akan teratasi.

“Pasar memiliki kesempatan untuk mencerna beberapa berita selama beberapa hari terakhir,” kata mitra pengelola perusahaan manajemen kekayaan Keator Group, Matthew Keator.

“Investor melihat upaya koordinasi dengan berbagai lembaga pemerintah. Dengan melihat ke belakang, mereka merasa seolah-olah segala sesuatunya sedikit terkendali,” lanjutnya.

Inflasi masih jauh sebelum mendekati rata-rata target tahunan bank sentral sebesar 2 persen. Namun dengan adanya tanda pelemahan ekonomi, ditambah dengan kekhawatiran bank, memperbesar peluang Federal Reserve akan menaikkan 25 basis poin untuk suku bunga utamanya pada akhir pertemuan kebijakan pada 22 Maret selama 2 hari.

Pasar keuangan saat ini memperkirakan 74,5 persen kemungkinan bank sentral menaikkan tingkat Fed Fund Rate sebesar 25 basis poin. Sedangkan sisanya 25,5 persen melihat tidak ada potensi kenaikan suku bunga sama sekali, menurut CME FedWatch.

“Upaya stabilisasi menunjukkan orang-orang merasa Fed seolah-olah akan mundur dari ekspektasi Hawkish yang mengikuti komentar Ketua Powell minggu lalu,” tambah Keator.

“Jika The Fed tidak hati-hati, mereka bisa menyebabkan guncangan yang tidak disengaja pada sistem,” imbuhnya.

Guncangan juga muncul setelah penutupan Silicon Valley Bank dan Signature Bank, yang mendorong Biden untuk berjanji mengatasi krisis dan memastikan keamanan sistem perbankan AS di seluruh sektor.

DIPREDIKSI MELEMAH

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melemah pada Rabu (15/3). Pada perdagangan Selasa (14/3), IHSG ditutup melemah 2,14 persen ke level 6.641,814.

Analis Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolan, memperingatkan pelaku pasar untuk mewaspadai support critical level di 6.585.

“Sebaliknya, terdapat peluang technical rebound, jika IHSG bertahan di 6.650 di hari Kamis,” tulis Alrich dalam risetnya, Rabu (15/3).

Alrich menyoroti sentimen negatif utama berasal dari ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan tetap menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps dalam FOMC 22 Maret 2023.

“Pasalnya, fasilitas pinjaman jangka pendek dari The Fed bagi pihak-pihak yang terdampak kebangkrutan SVB (Silicon Valley Bank) dikhawatirkan menyebabkan berlanjutnya stubborn inflation, terutama di Amerika Serikat (AS). Inflasi AS di Maret diperkirakan masih bertahan di atas 6 persen yoy,” tuturnya,

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) di 16 Maret 2023 juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan setidaknya 25 bps. Hal ini memicu pelemahan harga saham-saham rate-sensitive, terutama saham-saham bank.

Oleh karenanya, Alrich merekomendasikan pelaku pasar untuk mempertimbangkan saham consumer-related, antara lain INDF, AKRA, JSMR.

Analis Bina Artha Sekuritas, Ivan Rosanova, menyebut IHSG akan menghadapi zona support 6.617 hingga 6.644, di mana pelemahan di bawahnya dapat memicu penurunan lebih jauh menuju 6.600 bahkan 6.558. IHSG akan mempertahankan peluang rebound jika penutupan harian masih di 6.617 atau lebih tinggi.

“Level support IHSG berada di 6.617, 6.600, dan 6.558 sementara level resistennya di 6.828, 6.890, dan 6.968. Berdasarkan indikator MACD menandakan momentum bearish,” tulis Ivan dalam risetnya.

Ivan merekomendasikan saham ASII karena ASII diperkirakan akan mulai membentuk wave v C dari W dengan kenaikan menuju 6.450 selama harga tetap di atas 5.700. Berdasarkan indikator MACD menunjukkan sinyal death cross.

Trading buy pada rentang harga 5.700-5.750 dengan target harga terdekat di 6.150,” terang Ivan.

Ivan juga merekomendasikan untuk hold BBCA. Sebab BBCA telah menembus support fraktal 8.350 kemungkinan memperpanjang struktur koreksi wave II menuju zona support 8.150-8.200, Berdasarkan indikator MACD menandakan momentum. “Buy on weakness pada rentang harga 8.150-8.250 dengan target harga terdekat di 8.550,” kata Ivan. (*)

Leave a Comment