Saham adalah salah satu jenis investasi paling populer saat ini. Investasi saham bisa dikategorikan investasi high risk, high return. Artinya, investasi ini dapat menghasilkan profit besar. Namun tentunya, profit tersebut sebanding dengan resikonya pula. Profit yang besar bisa didapat jika seorang investor saham tidak semata-mata melakukan investasi pasif, namun juga memanfaatkannya untuk trading.
Saham bisa menjadi komoditi trading. Anda sebagai investor dapat mengalami trend dan kondisi pasar secara terus-menerus. Nah, ketika harga saham sedang naik, maka stock yang anda miliki dilepas ke pasaran. Tentunya, selisih harga beli dan harga jual menjadi keuntungan yang anda nikmati. Sebaliknya, anda membeli saham sebuah perusahaan saat harganya turun.
Namun sekali lagi, trading saham adalah aktivitas ekonomi dengan resiko tinggi. Kenapa? Fluktuasi harga saham bisa terjadi dalam hitungan hari, atau bahkan hitungan saham. Selain itu, harga saham sebuah perusahaan sangat dipengaruhi kondisi perusahaan di mana investasi anda ditanamkan, dan juga kondisi ekonomi negara secara umum.
Belajar Kesalahan Investor Saham di Masa Lalu
Tertarik untuk berinvestasi saham? Investasi ini memang menawarkan peluang profit yang menggiurkan. Namun, tidak sedikit orang yang gagal dalam investasi ini. Dana investasi yang ditabung selama bertahun-tahun bisa saja hilang dalam hitungan jam. Nah, anda tentu tidak ingin masuk daftar investor gagal, bukan? Berikut adalah beberapa kesalahan yang kerap membuat investor saham gagal:
Terbuai Trend Sesaat
Kegagalan menganalisa kondisi sebuah perusahaan secara mendalam dan menyeluruh adalah kesalahan besar yang harus dihindari seorang investor saham. Trend dalam analisa teknikal menggunakan chart atau grafik terkadang menyesatkan, karena alat analisa teknikal tidak bisa melihat hal-hal yang hanya berada dalam nalar manusia. Banyak investor yang gagal karena terbuai trend sesaat karena hanya mengandalkan analisa teknikal.
Sebagai contoh, ketika nama sebuah perusahaan naik daun karena produknya yang fenomenal, para investor akan berbondong-bondong membeli saham perusahaan tersebut meski dengan harga yang tinggi. Padahal, produk yang dijual hanya bersifat sesaat karena bukan produk yang dibutuhkan masyarakat dalam jangka panjang. Akibatnya, begitu pasar produk tersebut sampai di titik jenuh, maka permintaan akan berkurang.
Kegagalan melakukan analisa fundamental perusahaan dapat berakibat fatal. Jika produk yang dijual sebuah perusahaan tidak lagi diminati, maka harga jual sahamnya akan terus anjlok. Padahal, investor membeli sahamnya dengan harga fantastis sebelumnya.
Terbuai Saham Murah
Kebalikan dari contoh kasus di atas, terbuai oleh harga saham yang murah juga bisa menyesatkan. Saat ingin membeli saham di bursa efek, wajar saja seorang investor mencari saham yang harganya paling murah. Namun, bukan berarti setiap saham murah menjadi target anda. Inilah yang kerap menjebak investor pemula yang modal awalnya masih kecil.
Harga saham sebuah perusahaan turun bisa dipengaruhi banyak aspek. Bisa jadi karena ada masalah internal perusahaan yang mempengaruhi nama baiknya di pasar modal. Bisa juga karena kondisi perekonomian sedang kurang mendukung. Atau, bisa jadi karena produk yang dijual perusahaan tersebut memang tidak potensial. Jadi, bagaimana cara membeli saham ?, sebaiknya telusuri dulu rekam jejak perusahaan tersebut. Saat harga sahamnya rendah hari ini, belum tentu besok harganya naik. Bisa jadi justru tambah turun atau tetap flat karena memang saham tersebut tidak potensial.
Jadi, lakukan analisa trend harga saham perusahaan tersebut setidaknya dalam satu tahun terakhir. Periksa juga berita ekonomi terkait kinerja perusahaan maupun manajemennya. Jika masa depan sebuah perusahaan tidak menentu, untuk apa anda membeli sahamnya meski harganya per lembarnya sangat murah?
Terbuai Keuntungan Jangka Pendek
Seperti dijelaskan di awal artikel ini, saham bisa menjadi investasi yang pasif maupun investasi aktif. Investasi pasif biasanya dilakukan untuk jangka panjang. Anda membeli saham sebuah perusahaan hari ini, kemudian anda simpan sebagai investasi untuk jangka panjang (5 atau 10 tahun). Kelak, saat dibutuhkan atau saat harganya sudah naik, barulah dijual.
Namun, saham juga bisa menjadi investasi jangka pendek yang aktif jika digunakan untuk trading. Dengan memperjual-belikan saham, anda bisa mendapat keuntungan dalam hitungan jam atau bahkan hitungan menit. Layaknya trading, anda membeli saham saat harganya turun dan melepasnya saat harga naik dan anda sudah mendapat keuntungan. Sepertinya menggiurkan bukan?
Trading saham adalah aktivitas yang menguras energi, menguras waktu, dan mengurasi fikiran. Jika dilakukan secara terus-menerus, anda bisa kehilangan kontrol, sehingga tidak bisa menganalisa trend dengan baik. Wajar saja anda semakin bersemangat setelah mendapatkan profit besar. Namun, ambisi yang tak terkendali bisa merugikan.
Jadi, seorang investor saham harus memiliki kemampuan mengontrol emosi, mampu merancang trading plan yang baik, sekaligus mentaatinya. Selain itu, anda juga mesti memiliki kepekaan untuk menganalisa kondisi perekonomian dan memperkirakan trend harga saham. Jika tidak, anda akan masuk dalam daftar investor saham yang gagal karena tergiur oleh keuntungan jangka pendek (short selling).
Investor Terlalu Pasif
Memang, tidak ada salahnya menjadikan saham sebagai investasi pasif. Artinya, anda membeli saham dan menjualnya kelak setelah beberapa tahun. Anda tidak perlu pusing mengamati trend pasar, melakukan analisa teknikal, atau menghabiskan waktu berjam-jam duduk di depan komputer setiap harinya. Namun, bukan berarti anda mengabaikan portofolio. Apa maksudnya?
Berapapun saham yang anda miliki, anda harus meluangkan waktu untuk memantaunya secara berkala. Lakukan analisa terhadap kinerja saham anda. Jika trend-nya positif, anda bisa menambah portofolio saham sehingga keuntungannya semakin besar. Sebaliknya, jika kinerja perusahaan menunjukkan trend penurunan, anda tidak terlambat mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut.
Jadi, jangan mengabaikan portofolio anda. Siapa yang bisa menjamin jika harga saham sebuah perusahaan akan naik beberapa kali lipat setelah 2 atau 3 tahun? Sekali lagi, banyak hal yang mempengaruhi harga saham sebuah perusahaan.
Tidak Mematuhi Rencana Investasi
Tidak merencanakan investasi dari awal dengan matang adalah suatu kesalahan yang kerap dilakukan investor. Perencanaan dimaksud bukan hanya sekedar memilih perusahaan dan menentukan jumlah investasi yang akan ditanamkan. Namun, perencanaan juga mencakup rencana trading setiap kali anda akan memasuki arena jual-beli saham. Di dalamnya terdapat target profit, cut loss, dan money management.
Rencana investasi saham ini akan membantu anda menghindari efek buruk dari obsesi dan luapan emosi yang berlebihan, serta dampak buruk dari kehilangan konsentrasi. Sebagai contoh, saat mendapat keuntungan sekali, anda akan semakin bersemangat, sehingga abai dengan kondisi pasar yang sesungguhnya.
Sebaliknya, saat terjadi penurunan harga, anda bisa saja dilanda kecemasan sehingga menjual semua saham sebelum harganya semakin turun. Padahal, kondisi yang sesungguhnya tidaklah seburuk itu. Jika sebuah rencana ada di tangan anda dan anda mematuhinya, maka anda bisa menghindar dari resiko kehilangan modal secara fatal.
Sebagai kesimpulan, seorang investor saham mesti bersikap dan bertindak bijak dan tidak memperturutkan emosi. Dengan demikian, anda bisa menghindari kesalahan yang tidak semestinya.
Silahkan beri penilaian untuk artikel ini:
Tagged With : investasi • investor saham • saham