Indeks MSCI menjadi pusat perhatian investor pada akhir pekan ini. Pengumuman hasil rebalancing (penyesuaian) MSCI pada hari Kamis (7/8/2025) menaikkan pamor beberapa saham yag masuk dalam indeks, sekaligus memicu kejatuhan harga saham-saham yang lengser dalam daftar. Namun, apa itu indeks MSCI? Mengapa pula rebalancing indeks MSCI dapat berdampak sedemikian rupa?

Indeks MSCI adalah indeks saham yang dikeluarkan oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI). Ada beragam jenis indeks MSCI, antara lain MSCI Global Standard, MSCI Small Cap, MSCI Emerging Markets, dan masih banyak lagi.
Banyak lembaga merilis indeks saham. Di Indonesia, kita juga mengenal beragam indeks yang disusun oleh Bursa Efek Indonesia seperti IHSG, LQ45, High Dividend 20, dan lain-lain. Namun, indeks MSCI lebih menarik perhatian secara global.
Indeks MSCI sering dijadikan acuan oleh para investor global yang ingin menanamkan modalnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Bukan hanya investor kawakan yang beroerientasi jangka panjang, melainkan juga spekulan yang ingin mendulang cuan dengan memanfaatkan peluang jangka pendek.
Hal ini menimbulkan “efek MSCI“. Ketika suatu saham masuk indeks MSCI, banyak investor berbondong-bondong memborongnya hingga harganya melonjak. Sebaliknya, investor sering mendadak menjual saham yang dianggap “turun pangkat” saat rebalancing MSCI.
MSCI biasanya melakukan rebalancing secara triwulanan, sehingga frekuensinya empat kali setiap tahun. Momen-momen ini dapat menjadi market mover bagi saham-saham terkait maupun IHSG secara keseluruhan.
Rebalancing MSCI terkini diumumkan pada tanggal 7 Agustus lalu dan akan efektif mulai tanggal 27 Agustus. Saham PT Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) dan PT Dian Swastatika Sentosa (DSSA) masuk ke indeks MSCI Global Standard, sedangkan saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) diturunkan ke indeks MSCI Small Cap.
Ada beberapa saham lain yang masuk ke indeks MSCI Small Cap, yaitu PT Adaro Andalan Indonesia (AADI), PT MNC Land (KPIG), PT Petrosea (PTRO), PT Raharja Energi Cepu (RATU), dan PT Triputra Agro Persada (TAPG). Sementara itu, saham PT Merdeka Battery Materials (MBMA) dan PT Panin Financial Tbk (PNLF) didepak dari daftar.
Sehari setelah pengumuman rebalancing indeks MSCI, harga beberapa saham tersebut langsung mengalami pergolakan dahsyat. ADRO anjlok lebih dari 4% sampai level terendah satu bulan. PNLF terperosok ke level terendah sejak Maret 2024. CUAN mengalami fluktuasi tajam dengan melonjak sampai Rp1750 tapi kemudian ditutup pada Rp1565 dalam perdagangan hari Jumat.
Tagged With : indeks saham • saham