PADA penutupan perdagangan pekan lalu, indeks utama di bursa saham AS atau Wall Street bervariasi. Imbal hasil obligasi AS atau US Treasury kembali meningkat ke level tertinggi.
Melansir Reuters, Senin (15/3/2021), Dow Jones Industrial Average naik 293,05 poin atau 0,9 persen pada 32.778,64 dan S&P 500 naik 4 poin atau 0,10 persen menjadi 3.943,34. Sementara Nasdaq turun 78,81 poin atau 0,59 persen menjadi berakhir pada 13.319,87.
Selama sepekan lalu, S&P naik 2,6 persen, Dow bertambah 4,1 persen, dan Nasdaq naik 3,1 persen. Bagi Dow, kenaikan tersebut merupakan tertinggi sejak November 2020. Volume di bursa saham Amerika selama pekan lalu adalah 11,64 miliar saham.
Nasdaq jatuh setelah sebelumnya berhasil naik lebih dari 6 persen selama tiga sesi terakhir. Namun kenaikan imbal hasil obligasi kembali menimbulkan kekhawatiran inflasi dan saham teknologi juga harus menurun.
S&P 500 dan Nasdaq membukukan kenaikan persentase mingguan terbesar sejak awal Februari 2021, setelah Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang stimulus fiskal jumbo senilai USD 1,9 triliun. Hal ini kemudian diperkuat dengan keyakinan bahwa ekonomi menuju pemulihan yang lebih cepat.
Kenaikan imbal hasil US Treasury menimbulkan kekhawatiran pelonggaran stimulus moneter Federal Reserve secara tiba-tiba dan memberikan tekanan di Wall Street dalam beberapa pekan terakhir.
Pada Jumat (12/3), imbal hasil benchmark US Treasury 10 tahun mencapai 1,642 persen, level tertinggi sejak Februari tahun lalu.
Boeing Co naik 6,82 persen, berhasil mendorong Dow dan S&P 500 lebih tinggi. Adapun kenaikan Dow dan anjloknya Nasdaq tersebut mencerminkan aksi jual di sektor teknologi. Investor memilih untuk menjual saham teknologi dan beralih ke sektor lainnya yang dinilai lebih menguntungkan ketika ekonomi pulih.
Ketua dan Anggota Pengelola Hedge Fund Great Hill Capital LLC, Thomas Hayes, mengatakan agar saham teknologi kembali berkembang, diperlukan suku bunga rendah dan pertumbuhan yang lebih lambat. Namun dengan diluncurkan paket stimulus ekonomi, kemungkinan akan terjadi tekanan suku bunga.
“Itulah mengapa Anda melihat tarif naik hari ini, karena pembukaan kembali terjadi lebih cepat dan lebih kuat dari yang diantisipasi,” kata Hayes.
Selain itu, distribusi vaksin corona secara cepat dan masif juga memicu kekhawatiran kenaikan inflasi, meskipun ada jaminan bahwa Federal Reserve akan mempertahankan kebijakan yang akomodatif. Semua mata akan tertuju pada pertemuan kebijakan bank sentral minggu depan demi mendapat petunjuk lebih lanjut tentang inflasi.
Nasdaq secara khusus terpukul oleh aksi jual dalam beberapa pekan terakhir, sekaligus mengkonfirmasi bahwa investor bertumar saham teknologi bernilai tinggi dengan perusahaan energi, pertambangan, dan industri yang siap untuk mendapatkan keuntungan lebih dari pemulihan ekonomi.
Kelompok saham yang terjun termasuk Facebook Inc, Apple Inc, Amazon.com Inc, Netflix Inc, induk Google Alphabet Inc, Tesla Inc, dan Microsoft Corp.
Indeks teknologi, layanan komunikasi, dan kebijakan konsumen, yang menampung saham-saham berkapitalisasi besar ini, tergelincir paling banyak di antara sektor-sektor S&P utama.
Saham bank justru melonjak 1,83 persen, begitu juga dengan sektor keuangan dan industri yang meraih level rekor baru.
Ulta Beauty Inc turun 8,4 persen, setelah ritel kosmetik ini mengatakan pendapatan selama tahun lalu akan di bawah perkiraan. Kebijakan untuk tetap di rumah selama ini telah membuat warga AS enggan membeli kosmetik.
Saham JD.com Inc yang terdaftar di AS turun 6,7 persen, setelah tiga sumber mengatakan perusahaan sedang dalam pembicaraan untuk membeli sebagian atau seluruh saham di pialang Sinolink Securities senilai setidaknya USD 1,5 miliar.