Pada perdagangan, Senin (30/10/2023), indeks Saham Amerika Serikat alias Wall Street ditutup menguat tajam. Penguatan itu terjadi di saat rilis laporan pendapatan hingga pertemuan kebijakan Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed).
Ketiga indeks saham utama AS ditutup menguat lebih dari 1 persen, bangkit kembali dari aksi jual minggu sebelumnya. Hal itu ditopang oleh saham-saham megacap seperti Microsoft Corp, Amazon.com (AMZN.O), dan Apple Inc (AAPL.O).
Mengutip Reuters, Selasa (31/10), Dow Jones Industrial Average (.DJI) naik 511,37 poin menjadi 32.928,96, S&P 500 (.SPX) bertambah 49,45 poin menjadi 4.166,82 dan Nasdaq Composite (.IXIC) bertambah 146,47 poin menjadi 12.789,48.
“Hari ini terjadi peningkatan pendapatan. Pasar mengalami oversold, dan kenyataannya adalah pendapatan cukup bagus, perekonomian AS terus berjalan dengan baik, dan kemungkinan akan terjadi lagi pada kuartal keempat dan awal tahun depan,” kata Wakil Presiden Senior Wealthspire Advisors, Oliver Pursche.
Sejumlah analis memproyeksi, secara agregat, pertumbuhan pendapatan tahunan S&P 500 kuartal ketiga sebesar 4,3 persen. Angka itu meningkat ketimbang pertumbuhan pendapatan pada awal Oktober yang hanya sebesar 1,6 persen yoy.
“Pada kuartal pertama dan kedua investor memang memiliki kekhawatiran mengenai suku bunga, kebijakan Fed, dan resesi yang tidak pernah terjadi,” tutur Pursche.
Dalam minggu mendatang, Caterpillar Inc (CAT.N) , Apple Inc, Pfizer Inc (PFE.N) dan Starbucks Corp (SBUX.O) termasuk di antara perusahaan-perusahaan terkemuka yang diperkirakan akan membukukan kinerjanya.
Lebih lanjut, Federal Open Markets Committee (FOMC) diperkirakan akan mengadakan pertemuan kebijakan moneter dua hari, yang diperkirakan akan mencapai puncaknya dengan keputusan untuk membiarkan suku bunga berada pada level 5,25 persen-5,50 persen.
Investor akan mengamati dengan cermat pernyataan yang menyertainya dan sesi tanya jawab dari Ketua Fed Jerome Powell untuk mencari petunjuk mengenai jalur bank sentral ke depan dalam menentukan suku bunga.
“The Fed ingin melihat dampak kumulatif kenaikan suku bunga terhadap perekonomian namun mereka juga mengatakan bahwa mereka siap untuk melakukan over-shoot dengan sangat hati-hati, selama inflasi berada di atas 3 persen,” tandasnya.
DIPREDIKSI MELEMAH
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (31/10). Pada penutupan perdagangan Senin (30/10), IHSG ditutup ditutup turun 22,9 poin (0,34 persen) ke 6.735,89.
Analis Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang mengatakan, IHSG masih rawan pelemahan lanjutan ke kisaran 6.650, terutama jika gagal bertahan di 6.700.
Menurut Alrich, investor khawatir bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed mempertahankan suku bunga yang tinggi dalam waktu lama. Ia memproyeksi The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan di 5.25 persen-5.5 persen.
“Pasar mengantisipasi potensi hawkish statement dari Kepala The Fed, Jerome Powell,” kata Alrich dalam prediksinya, Selasa (31/10).
Di sisi lain, dia mengungkapkan penguatan nilai tukar rupiah sebesar 0.31 persen ke Rp 15.885 per dolar AS di Senin (30/10) sore, belum mampu menopang IHSG dari aksi jual.
Hal serupa juga diungkapkan CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya. William memproyeksi IHSG berpeluang mengalami koreksi wajar di rentang 6.654-6.778.
Dia memproyeksi tingkat inflasi Oktober masih akan berada dalam tingkat stabil. Hal ini tentu dapat menjadi sentimen pendongkrak kenaikan IHSG.
“Momentum koreksi wajar dapat dimanfaatkan investor mengingat dalam jangka panjang IHSG masih berada dalam jalur uptrend, hari ini IHSG berpeluang terkoreksi,” kata William.
Saham yang direkomendasikan William adalah BBNI, KLBF, BBCA, BBRI, ASII, AALI, TBIG, UNVR, ICBP.
Saham-saham yang direkomendasikan Alrich meliputi BMRI, BBCA, PGEO, CMRY, INCO dan AKRA.