Dampak Perang Dagang AS-China Terhadap Harga Minyak

Konflik perdagangan antara Amerika Serikat dan China telah menjadi pusat perhatian investor dan trader global sejak Presiden Donald Trump mengumumkan kenaikan bea impor atas produk-produk China pada tahun 2018. Sejak saat itu, tindakan saling balas antara kedua negara telah mewarnai headline media tanpa henti, sementara imbasnya mulai meluas ke berbagai bidang; termasuk sektor migas.

Dasar-Dasar Trading Minyak Untuk Pemula

Pada akhir tahun 2018, Trump dan Presiden Xi Jinping merintis “gencatan senjata”, sekaligus menandai dimulainya putaran perundingan baru untuk dicapainya kompromi yang dapat mengakhiri perang dagang. Namun, hal itu tak lantas berarti perang dagang telah berakhir, karena hingga awal Maret 2019 ini, belum ada kesepakatan final yang disetujui secara resmi.

Sejalan dengan itu, berita-berita seputar industri migas mula diwarnai oleh rumor-rumor terkait perundingan perdagangan AS-China yang turut memengaruhi harga minyak. Trader pemula boleh jadi bertanya-tanya, mengapa perang dagang AS-China bisa berpengaruh terhadap harga minyak? Jawabannya sangat sederhana.

China adalah konsumen minyak mentah terbesar kedua dunia, sedangkan Amerika Serikat merupakan konsumen minyak mentah terbesar pertama dunia. Keduanya termasuk negara produsen minyak, tetapi tak mampu memenuhi kebutuhan dalam negri sendiri yang amat tinggi, sehingga mengimpor migas dalam jumlah besar dari negara lain.

Dalam situasi perang dagang, perekonomian China maupun perekonomian AS akan mengalami perlambatan. Bayangkan, jika setelah AS menerapkan bea impor tinggi atas produk-produk China, kemudian pabrik-pabrik China berhenti berproduksi. Hal itu tentu akan mengakibatkan penyusutan kebutuhan China terhadap migas untuk industri. Pembelian bahan bakar oleh masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga dan transportasi juga bisa menurun, karena pendapatan mereka berkurang.

Sesuai teori ekonomi, berkurangnya permintaan dalam situasi suplai yang relatif tetap, maka dapat mengakibatkan kejatuhan harga. Inilah sebabnya mengapa harga minyak cenderung melemah setiap kali terjadi eskalasi konflik antara AS dan China, kemudian menguat kembali ketika muncul kabar positif dari perundingan dagang kedua negara.

Apabila Anda ingin berinvestasi atau trading minyak, isu geopolitik yang melibatkan negara-negara produsen dan konsumen utama migas seperti ini wajib untuk diketahui. Walaupun pergerakan harga bisa diprediksi menggunakan perangkat analisis teknikal, tetapi penggerak harga sesungguhnya adalah isu-isu fundamental seperti itu. Jangan sampai Anda terjebak pada posisi loss, hanya karena luput memperhatikan berita terkini.

Tagged With :

Leave a Comment