Harga minyak anjlok ke level rendah sepekan, akibat jatuhnya pasar finansial dan membengkaknya cadangan minyak AS. Fenomena tersebut menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perlambatan ekonomi. Harga minyak futures ditutup turun 3.3 persen di sesi New York Rabu malam, bergabung dengan ekuitas yang sudah meluncur lebih dulu, dimana Indeks S&P 500 tersungkur hingga 98 persen.
Cadangan minyak mentah AS mencetak kenaikan mengejutkan dalam dua pekan berturut-turut. Kondisi yang tidak menguntungkan bagi komoditas ini diperparah dengan inversi yield obligasi pemerintah AS, yang menunjukkan alarm waspada akan resesi ekonomi.
“Orang-orang panik,” kata Mark Waggoner, analis di Excel Futures Inc. “Mereka mengatakan,’Saya tak bisa Long pada Crude saat ini, apabila ekonomi mengarah ke perlambatan.'”
Walaupun harga minyak sempat rebound pada sesi perdagangan sebelumnya, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk bulan September turun $1.87 ke harga $55.23 per barel di NYMEX. Sedangkan Brent untuk bulan Oktober merosot 3 persen ke $59.48 di ICE. Harga minyak acuan internasional diperdagangkan di $4.23.
Inversi Yield Berkolaborasi Dengan Membengkaknya Cadangan Minyak AS
Kekhawatiran akan terjadinya resesi merebak setelah yield obligasi 10-tahunan US Treasury anjlok ke bawah rate yield obligasi dua tahunan, untuk pertama kalinya sejak tahun 2007. S&P gugur hingga 3 persen. Keaadan makin buruk dengan melemahnya data ekonomi Jerman dan melambatnya aktivitas indusrtu China.
Di AS, cadangan minyak malah membengkak sampai 1.58 juta barel. Menurut data yang diterbitkan oleh US Energy Informastion Administrastion, lonjakan cadangan minyak itu sudah terjadi dalam dua pekan berturut-turut. Namun demikian, ekspor masih naik, stok gasoline menyusut dan permintaan atas bahank bakar tersebut malah menanjak ke level tertinggi di hampir 30 tahun terakhir.
Rob Thummel, Direktur Tortoise, sebuah perusahaan energi yang di Kansas, mengatakan bahwa tak ada hal yang bisa memperbaiki harga minyak saat ini. Oleh sebab itu, menurut Thummel, OPEC semestinya telah menyadari bahwa sudah waktunya bagi mereka untuk mengurangi impor minyak ke AS.