Pada post sebelumnya, dibahas beberapa aspek yang dapat memperparah budaya kerja organisasi yang awalnya memang tidak sehat. Sejak bergulirnya pandemi dan banyak karyawan yang diharuskan bekerja dari rumah, sejumlah masalah baru ternyata muncul di beberapa perusahaan. Pihak manajemen maupun karyawan ‘dipaksa’ untuk menyiapkan diri dengan sistem kerja yang baru. Namun, jika lingkungan kerja organisasi memang sudah ‘sakit’ sejak awal, maka bekerja dari rumah justru dapat memperparahnya.
Budaya Kerja Organisasi Tetap Sehat Di Masa Pandemi
Budaya kerja organisasi yang tidak sehat adalah masalah. Jadi, harus ada solusi segera; jika tidak, maka kondisi perusahaan akan semakin buruk. Jika itu perusahaan, maka pihak manajemen harus mengidentifikasi dan mengatasi akar masalah dari tidak berfungsinya budaya organisasi. Namun, bukan berarti anda harus menunggu momen itu.
Untuk mengatasi budaya kerja yang tidak sehat, diperlukan beberapa upaya, mulai dari mengidentifikasi dan mengatasi akar masalah dari tidak berfungsinya budaya organisasi. Biasanya, penyebab utamanya adalah manajemen yang buruk. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengembalikan atau menjaga budaya kerja yang sehat di perusahaan.
Edukasi Diri Anda Sendiri
Anda harus mengetahui hak asasi anda sebagai karyawan. Anda bisa melakukannya dengan mempelajari kebijakan kerja di perusahaan atau undang-undang yang berlaku di wilayah anda. Anda harus mengetahyu kewajiban perusahaan secara hukum, karena anda bisa bergantung padanya jika ada masalah.
Kebanyakan negara mengatur jam kerja dan hari libur bagi pekerja di wilayah hukumnya, sesuai dengan panduan International Labour Organization PBB. Jika anda mengetahui standar internasional ini, anda bisa melakukan sesuatu pada manajer yang memaksakan kehendak atau tujuannya secara tidak adil sejak terjadinya perpindahan kerja ke rumah masing-masing karyawan.
Simpan Catatan
Pencatatan dan arsip yang baik akan menyelamatkan anda suatu saat nanti. Jika anda pernah menjadi korban bully atau perilaku tidak profesional dari atasan atau rekan kerja, maka sebaiknya simpan email atau chat yang bisa menjadi alat bukti. Catat apa yang diucapkan pada panggilan telepon. Bukti atas tindakan atau perilaku yang tidak baik bisa menjadi alat yang sangat berguna bagi anda kelak saat berhadapan dengan Divisi SDM atau manajemen senior di perusahaan. Kita tidak tahu apa yang bisa terjadi di masa mendatang. Jadi, sebaiknya simpanlah catatan dengan baik dan rapi.
Cari Teman
Jika manajemen di perusahaan anda memang bermasalah, mungkin bukan hanya anda ang mengalami masalah yang sama. Sebaiknya, cari teman atau rekan kerja yang masalahnya sama atau pernah menyaksikan perbuatan tidak menyenangkan tersebut. Teman bisa menjadi bagian dari support system dan dapat membantu dalam mengatasi masalah.
Namun, berkumpul dengan teman yang memiliki masalah sama hanya dianjurkan jika memang tidak ada sistem atau orang tempat mengadu. Ada kalanya, sama sekali tidak ada pemimpin yang bisa anda hubungi ketika ada masalah atau keluhan di perusahaan. Bisa jadi, boss anda tidak bisa dihubungi, namun anda harus bersikap sopan setiap kali boss tersebut menyampaikan perintah.
Buat Garis Pembatas
Jika anda tidak mungkin mencari pekerjaan lain untuk saat ini, anda bisa mengambil langkah-langkah untuk membuat diri anda tidak begitu rentan terhadap perilaku-perilaku toksik (tidak sehat) di sekitar anda. Misalnya, buatlah garis batas yang lebih kuat antara pekerjaan dengan kehidupan di luar kantor. Penelitian membuktikan bahwa hal ini bisa mengurangi stress akibat pekerjaan dan dapat meningkatkan kesehatan karyawan.
Memang, tidak mudah membuat garis pembatas yang jelas ketika anda berhubungan dengan seorang boss yang toksik. Namun, anda bisa mencoba mengambil langkah-langkah kecil seperti mematikan ponsel pada jam-jam tertentu di malam hari, Sign Out dari email, atau sekedar membuat diri anda tidak bisa dihubungi.
Namun, para ahli menekankan bahwa teknik ini hanya mengatasi dampak budaya kerja organisasi yang toksik untuk sementara waktu, bukan mengatasi masalah secara permanen. Jika para pemimpin di perusahaan anda pada akhirnya gagal untuk memberikan respon dan menerapkan perusahaan dari top-down, maka toksisitas tersebut mungkin akan bertahan. Rasa lelah dan takut juga akan semakin memburuk.
Kesimpulan
Situasi setiap karyawan berbeda tentunya. Tidak semua karyawan memiliki ruang yang cukup untuk membuat perubahan. Bahkan, ada yang tidak memilikinya sama sekali. Apapun situasi anda, perlu diingat betapa buruknya dampak budaya kerja organisasi yang toksik ini, baik dari jarak jauh maupun secara langsung.
Jadi, menghindari lingkungan yang negatif tersebut hanya akan membuat segala sesuatunya memburuk. Di satu sisi, garis pembatas yang jelas, dukungan sosial, dan manajemen stress bisa membantu. Namun, anda pada akhirnya harus mempertimbangkan untuk mencari alternatif pekerjaan lain jika segala sesuatunya tidak membaik. Jika tidak ada cara lain, beberapa strategi di atas dapat mengulur waktu anda sambil mencari pekerjaan lain yang lebih baik.
Tagged With : gaya kepemimpinan • manajemen bisnis • Manajemen Usaha