Tak berlebihan rasanya jika dikatakan bahwa jumlah indikator teknikal sejagad itu mencapai puluhan atau bahkan ratusan. Karenanya, investor dan trader pemula bisa jadi kebingungan, diantara beraneka macam indikator teknikal tersebut, mana yang paling penting dan paling sering digunakan dalam analisa saham?
Pada dasarnya, ada tiga jenis saja indikator teknikal penting yang harus dipahami dalam analisa saham, yaitu: grafik harga, Moving Average, dan MACD.
1. Grafik Harga
Grafik harga kok disebut indikator teknikal?! ya, boleh jadi ada yang kurang setuju mengenai ini. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa pergerakan harga itu menceritakan hal-hal paling penting yang wajib diketahui investor dan trader. Misalnya: apakah harga saham saat ini menurun dibandingkan harga bulan lalu? apakah harga saham saat ini lebih tinggi dibandingkan dengan saat saham IPO?
Lebih dari itu, apabila Anda cukup lihai mengamati grafik harga, maka bisa muncul pola-pola harga tertentu yang menandai titik krusial pembalikan harga.
2. Moving Average
Moving Average merupakan indikator teknikal sejuta umat, baik di kalangan trader saham Indonesia maupun trader di bursa saham mancanegara. Ya, termasuk di Wall Street. Cara menggunakannya sederhana, meskipun akurasinya sering dicerca.
Penggunaan Moving Average pada saham memiliki karakteristik berbeda dengan penggunaannya pada trading forex. Dalam trading saham, digunakan Moving Average dengan period relatif tinggi, misalnya MA-50.
Patokan umumnya, apabila harga menembus MA-50 ke arah atas, berarti itu waktunya beli. Sedangkan jika harga menembus MA-50 ke arah bawah, berarti itu waktunya jual.
3. Moving Average Convergence Divergence (MACD)
Sebenarnya, MACD merupakan pengembangan dari Moving Average biasa. Namun, sinyal yang dihasilkan seringkali dianggap lebih mulus dan akurasinya lebih tinggi (walaupun sesungguhnya penilaian ini relatif bagi setiap pengguna indikator).
Berbeda dengan Moving Average yang tampil bertumpukan dengan harga, MACD muncul sebagai grafik baru di bawah grafik harga, dan nilainya naik-turun dari waktu ke waktu. Penilaiannya berdasarkan ambang 0 (nol). Apabila MACD berada di atas ambang 0, berarti pasar cenderung bullish. Sedangkan jika MACD di bawah 0, berarti pasar cenderung bearish.
Nah, diantara ketiga indikator teknikal ini, mana yang akan Anda gunakan? Anda dapat memilih salah satu saja atau ketiganya sekaligus. Yang terpenting, Anda harus tahu cara menggunakannya dengan benar, sebelum memanfaatkannya dalam praktek jual-beli saham secara riil.
Tagged With : investasi online • saham