Penguatan tipis dibentuk oleh EUR/USD di hari Selasa (19/Februari) dini hari ini. Akan tetapi, dalam kerangka waktu yang lebih luas, EUR/USD tampak masih tertekan di level rendah yang terbentuk sejak tanggal 11 Februari.
Mata uang Single Currency tersebut hari ini diuntungkan oleh perkembangan positif negosiasi perdagangan AS-China. Selain itu, kedua negara dijadwalkan akan kembali ke meja perundingan minggu ini Washington. Kondisi ini menjadi latar belakang melemahnya Dolar AS dan menguatnya mata uang minat risiko termasuk Euro.
“Secara umum, mood EUR/USD masih cukup positif dalam Outlook perdagangan,” kata Adam Cole, analis mata uang RBC Capital Markets kepada Reuters. Ia menambahkan bahwa terhitung hari ini, minat risiko akan berlanjut dalam jangka pendek.
Ada dua faktor yang menghalangi bullish Euro dalam jangka panjang; perlambatan pertumbuhan ekonomi Zona Euro dan potensi eskalasi dagang AS-Uni Eropa.
1. Perlambatan Ekonomi Zona Euro
Perlambatan ekonomi telah terjadi di sejumlah negara anggota Zona Euro, termasuk Jerman sebagai negara ekonomi andalan. Hal ini menjadi beban bagi penguatan nilai tukar mata uangnya. Isu ini berimbang dengan menurunnya ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve AS tahun ini. Di samping itu, para trader mengekspektasikan bahw aECB akan mempertahankan kebijakan moneter longgarnya di tengah lemahnya pertumbuhan, inflasi, dan meningkatnya ketidakpastian politik.
2. Perang Dagang AS-Uni Eropa
Jika nantinya negosiasi AS-China berjalan mulus, konflik perdagangan yang disulut oleh AS tak serta merta selesai. Hubungan perdagangan dengan Eropa masih memerlukan tindak lanjut. Dalam masalah ini, Analis dari Commerzbank memprediksikan bahwa akan sangat sulit bagi Euro untuk bergerak positif terhadap Dolar AS, jika konflik perdagangan Eropa dengan AS akan meningkat. Gangguan ekonomi sekecil apapun dapat membahayakan Euro. Terlebih karena perlambatan yang terjadi di sejumlah negara Uni Eropa.