Dolar AS menguat terhadap mata uang-mata uang mayor di sesi Amerika, Selasa (05/Februari) malam ini, meskipun data sektor jasa AS dilaporkan turun ke 56.7 pada bulan Januari 2019 dari 58 di bulan sebelumnya. Pasalnya, para investor menaruh harapan besar terhadap pidato State of Union yang akan disampaikan oleh Presiden AS Donald Trump. Menyusul kemudian, pidato Ketua The Fed Jerome Powell.
Ekspektasi Pasar Terhadap Pidato State of Union Donald Trump
Donald Trump diharapkan akan membahas isu mengenai apa saja keberhasilannya selama memimpin negeri adidaya dua tahun terakhir. Di samping itu, para pelaku pasar juga menantikan apa kebijakan Trump selanjutnya, setelah permohonan anggaran untuk membangun tembok perbatasan dengan Meksiko belum mendapat kejelasan.
Sebagai informasi, sejak akhir Desember 2018 hingga minggu lalu, sebagian lembaga pemerintahan AS tutup (Government Shutdown) karena anggaran negara belum disepakati. Trump bersikeras meminta agar anggaran pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko disetujui. Ia sampai membiarkan Government Shutdown berlangsung hingga satu setengah bulan demi agendanya tersebut.
Namun akhirnya–setelah dihujani desakan dari berbagai pihak–Trump bersedia menghentikan Government Shutdown meski bersyarat.
Selain itu, dalam pidatonya besok, Trump juga diharapkan akan memberikan penjelasan mengenai perkembangan negosiasi dagang dengan China. Belakangan ini, negosiasi dihantui kebuntuan. Terutama setelah kasus penangkapan sejumlah petinggi perusahaan teknologi asal China, Huawei, oleh Amerika Serikat.
Dolar AS Masih Mendaki
Saat berita ini ditulis, Indeks Dolar AS masih melanjutkan kenaikan sebesar 0.24 persen menuju level 96.07. Sejak tanggal 31 Januari, Dolar AS telah mengumpulkan penguatan sekitar 0.75 persen walaupun The Fed dipastikan masih hawkish. Selain karena data-data ekonomi AS yang kuat, perkembangan perang dagang AS-China yang mengarah menguntungkan AS menjadi alasan penguatan Dolar AS sementara ini.
Tagged With : dolar as • indeks dolar