Wall Street melesat ke rekor baru di awal pekan ini. Hal ini diketahui terjadi lantaran kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Data ekonomi China yang membaik juga ikut meyakinkan investor untuk memburu sejumlah saham. Diumumkannya kesepakatan dagang pada Jumat lalu ini mengangkat prospek ekonomi global.
Meski pertumbuhan China diramal masih stagnan, namun perkembangan perdagangan ini turut mengangkat prospek ekonomi selanjutnya. Buktinya, kemarin China merilis data produksi industri dan penjualan ritel yang melaju pada bulan November.
Selain itu, AS juga disebut menunda kenaikan tarif impor atas produk China yang digadang berlaku Minggu (15/12). Rencananya, keduanya akan meneken kesepakatan fase satu ini pada bulan depan.
“Ini memvalidasi skenario terbaik yang diharapkan pasar,” kata Chief Marketing Strategist Bruderman Asset Management Oliver Pursche, dikutip dari Reuters.
Senin (16/12), Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite tercatat memasuki rekor baru dalam tiga hari berturut-turut. Sedangkan Dow Jones Industrial Average melewati rekor tertinggi yang tercapai pada November lalu.
Indeks S&P 500 diketahui menguat 0,71 persen ke level 3.191,45. Sedangkan Nasdaq melesat 0,91 persen ke 8.814,23. Dow Jones menguat 0,36 persen ke 28.235,89. Indeks saham ini menguat di tengah penurunan harga saham Boeing Co yang mencapai 4,3 persen.
Harga saham produsen pesawat itu jatuh setelah ada laporan bahwa Boeing mempertimbangkan memangkas atau menghentikan produksi pesawat 737 MAX yang masih dikandangkan hingga kini.
Di sisi lain, Bank sentral AS Federal Reserve menahan suku bunga pada bulan ini dan meluncurkan sinyal bahwa suku bunga akan bertahan sepanjang tahun depan. Tetapi, penurunan suku bunga acuan AS sebanyak tiga kali tahun ini tampaknya cukup menopang ekonomi AS.
“The Fed menaikkan ukuran aset dan ini secara umum dianggap akan baik untuk pasar saham,” kata Portfolio Manager Kingsview Investment Management Paul Nolte.