Wall Street Ditutup Melemah, Imbas Dow Jones hingga Nasdaq yang Kompak Merah

Pada perdagangan Jumat (31/12), yang merupakan hari perdagangan terakhir di 2021, indeks utama Wall Street ditutup melemah, menandai tahun kedua pemulihan dari pandemi global.

Dikutip dari Reuters, Senin (3/1), Dow Jones Industrial Average (DJI) turun 59,78 poin, atau 0,16 persen menjadi 36.338,3, S&P 500 (SPX) kehilangan 12,55 poin, atau 0,26 persen menjadi 4.766,18 dan Nasdaq Composite (IXIC) turun 96,59 poin, atau 0,61 persen menjadi 15.644,97.

Meski demikian ketiga indeks saham utama AS mencetak kenaikan bulanan, kuartalan, dan tahunan, mencatatkan kenaikan tiga tahun terbesar sejak 1999. Apabila dibandingkan secara year on year (yoy) atau perdagangan terakhir di 2020, S&P 500 tercatat naik 27 persen.

Hingga Kamis, indeks benchmark telah mencatat 70 penutupan rekor tertinggi, atau kedua terbanyak. Adapun penutupan rekor tertinggi untuk S&P 500 dalam satu tahun adalah sebanyak 77 pada tahun 1995. Sementara itu Dow naik 18,73 persen yoy dan Nasdaq naik 21,4 persen.

Data menunjukkan hasil pendapatan dari perusahaan S&P 500 melampaui perkiraan analis. Secara yoy, pendapatan perusahaan S&P 500 tumbuh 52,8 persen di kuartal I, 96,3 persen di kuartal II, 42,6 persen di kuartal III dan 22,3 persen di kuartal IV.

Sementara itu sektor energi, real estate, dan microchip menjadi sektor yang terkait dengan pemulihan ekonomi dan permintaan. Ketiga sektor tersebut tercatat meningkat dan memiliki kinerja terbaik sepanjang 2021.

Saham teknologi dan saham mega cap yang bersinggungan dengan teknologi sempat meningkat tajam pada tahun pertama krisis kesehatan global. Namun di sepanjang 2021 ini saham di sektor tersebut mulai melemah karena ekonomi perlahan dibuka kembali dan program vaksinasi yang terus dilakukan.

Indeks NYSE FANG+, kelompok 10 saham dengan bobot yang sama, mencatatkan kenaikan hampir 20 persen pada tahun ini. Induk Google Alphabet Inc membukukan kenaikan tahunan terbesar di antara konstituen NYSE FANG+, menikmati tahun terbaiknya sejak 2009.

Sementara itu, Dow Transports (DJT), yang dianggap oleh banyak orang sebagai barometer kesehatan ekonomi, mencatatkan kenaikan tahunan lebih dari 31 persen.

Pandemi COVID-19, yang muncul di awal tahun 2020 dan memicu kontraksi ekonomi tercepat dan tertajam dalam sejarah juga berdampak pada saham-saham terkait perjalanan.

Indeks S&P 1500 Airlines berakhir sebagai salah satu dari sedikit sektor yang merugi tahun ini dengan penurunan tahunan hampir 2 persen di 2021.

Volume perdagangan di Wall Street mencapai 7,6 miliar saham, lebih rendah dibandingkan rata-rata perdagangan saham selama 20 hari terakhir sebanyak 10,55 miliar saham.

DIPREDIKSI MENGUAT

Presiden Jokowi dijadwalkan bakal membuka perdagangan bursa saham 2022 pagi ini, Senin (3/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun diprediksi menguat.

Pada perdagangan terakhir, Jumat (31/12), IHSG berakhir di zona merah atau ditutup turun 19,195 poin (0,29 persen) ke posisi 6.581,482.

CEO Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan, kondisi IHSG setelah melewati tahun penuh tantangan, terlihat masih akan cemerlang di tahun 2022. Semangat tahun baru pada umumnya para investor akan memulai mengatur komposisi investasi di awal tahun, tentunya akan memberikan gairah terhadap pola investasi di pasar modal.

“Mengawali tahun 2022 dengan semangat baru, optimisme baru, rilis data perekonomian baru yang disinyalir masih dalam kondisi terkendali akan memberikan warna terhadap pola pergerakan IHSG hari ini, dan hal tersebut akan menjadi salah satu sentimen yang dapat mendorong kembali naiknya IHSG hari ini,” ujar William dalam risetnya, Senin (3/1).

Dia memprediksi IHSG bergerak di rentang 6.502 hingga 6.618. Saham rekomendasi yang bisa dicermati yakni SMGR, BBRI, ICBP, JAMR, BBNI, SMRA, AKRA.

Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan juga memperkirakan IHSG berbalik menguat dengan level support di 6.570 hingga 6.559. Sementara itu, level resistance-nya di 6.602 hingga 6.623.

“Secara teknikal candlestick membentuk lower high dan lower low disertai indikator stochastic yang membentuk deadcross mengindikasikan potensi pelemahan,” katanya.

Meski begitu, dia juga menekankan kemungkinan investor masih akan fokus mencermati kenaikan kasus varian baru Omicron di AS, Eropa, dan Indonesia pada perdagangan pagi ini. Investor juga akan memperhatikan data inflasi yang akan diumumkan Bank Indonesia hari ini. Rekomendasi saham dari Dennies di antaranya ASII, BBRI, dan TOWR.

 

Leave a Comment