Wall Street Ditutup Kompak Melemah, Imbas AS dan Rusia Memanas soal Ukraina

Pada perdagangan Kamis (17/2/2022), indeks utama Wall Street ditutup melemah. Indeks S&P 500 mengalami penurunan persentase harian terbesar dalam dua minggu. Pelemahan terjadi karena investor beralih ke opsi investasi lain yang lebih aman seperti obligasi dan emas. Hal ini terjadi menyusul ketegangan geopolitik antara Washington, Rusia, dan Ukraina.

Dikutip dari Reuters, Jumat (18/2), Dow Jones Industrial Average turun 622,24 poin, atau 1,78 persen menjadi 34.312,03, S&P 500 kehilangan 94,75 poin, atau 2,12 persen menjadi 4.380,26 dan Nasdaq Composite turun 407,38 poin, atau 2,88 persen menjadi 13.716,72.

Penurunan Dow adalah persentase penurunan harian terbesar sejak 30 November, sedangkan penurunan Nasdaq adalah persentase penurunan terbesar sejak 3 Februari.

Setelah pasukan Ukraina dan pemberontak pro-Moskow saling tembak di Ukraina timur, Presiden AS Joe Biden mengatakan ada indikasi bahwa Rusia berencana untuk menyerang dalam beberapa hari ke depan.

Rusia pun menuding Biden telah memicu ketegangan dan merilis surat dengan kata-kata keras yang mengatakan Washington mengabaikan keamanannya dan mengancam “langkah-langkah teknis-militer”.

Di Wall Street, sektor teknologi dan layanan komunikasi menjadi sektor yang paling terpukul. Begitu juga dengan sektor keuangan uang juga menurun karena imbal hasil Treasury AS bergerak lebih rendah. Di sisi lain, situasi memanas di Ukraina juga menambah ketidakpastian tentang rencana Federal Reserve untuk memerangi inflasi.

Utilitas defensif dan sektor kebutuhan pokok konsumen adalah satu-satunya sektor yang menguat di Wall Street.

Saham pembuat chip Nvidia jatuh 7,51 persen sementara saham TripAdvisor Inc kehilangan 2,50 persen setelah operator situs pencarian hotel mencatat kerugian mengejutkan pada kuartal keempat. Saham Albemarle Corp anjlok 19,91 persen karena produsen lithium memperkirakan pendapatan tahunan yang suram.

Imbal hasil obligasi yang melemah, membuat saham bank-bank besar termasuk JPMorgan Chase, Morgan Stanley dan Bank of America semuanya melemah. Saham Goldman Sachs dan Wells Fargo juga tercatat turun.

Di sisi lain, harga emas melonjak tajam karena menjadi aset yang dinilai lebih aman. Harga emas menyentuh level tertinggi salam delapan bulan di USD 1.900,99 per ounce.

MELEMAH

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melemah hari ini. Head of Research MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan laju IHSG akan bergerak di level support 6.750 dan level tertinggi 6.867 di sepanjang perdagangan hari ini. Kemarin, Kamis (17/2), IHSG ditutup flat di level 6.835,11.
“Meningkatnya tensi geopolitik antara Ukraina dengan Rusia sehingga mendorong turun Indeks di Wall Street berpotensi menjadi sentimen negatif pendorong turun IHSG Jumat ini,” tulis Edwin dalam risetnya, Jumat (18/2).
Sementara itu, CEO Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan pergerakan IHSG hingga saat ini masih terlihat akan terkonsolidasi wajar. Sebab potensi pergerakan masih akan diwarnai oleh laporan kinerja emiten yang disinyalir akan didominasi dengan kondisi kinerja yang stabil sepanjang 2021.
Selain itu, kondisi awal tahun biasanya merupakan waktu bagi para investor sedang memulai investasi. Hal ini akan menjadi salah satu faktor yang dapat menopang IHSG hingga beberapa waktu mendatang. “Hari ini IHSG berpotensi naik,” ujarnya.
Berikut beberapa saham unggulan yang direkomendasikan William: PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT HM Sampoerna (HMSP) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

 

Leave a Comment