Wall Street Ditutup Anjlok, Dampak Saham Perbankan Rontok Imbas Sanksi ke Rusia

Pada perdagangan Senin (28/2/2022), Wall Street ditutup tergelincir. Penurunan ini disebabkan investor berhadapan dengan ketidakpastian dan jatuhnya saham perbankan menyusul sanksi Barat yang kuat terhadap Rusia karena melanjutkan invasi ke Ukraina.

Dikutip dari Reuters, Selasa (1/3), Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 1,4 persen menjadi 33.583,2 poin, sedangkan S&P 500 (.SPX) turun 1,21 persen menjadi 4.331,41. Sementara Nasdaq Composite (.IXIC) turun 0,68 persen menjadi 13.602,10.

Di sisi lain, saham Citigroup (C.N) turun 5 persen menyeret indeks bank S&P 500 (.SPXBK) turun 2,7 persen. Penurunan terjadi karena imbal hasil Treasury 10-tahun AS tergelincir. Indeks keuangan yang lebih luas (.SPSY) juga tercatat turun 1,8 persen.

Sementara itu sektor energi S&P 500 (.SPNY) naik 0,9 persen didorong oleh kenaikan harga minyak. Saham pertahanan Raytheon Technologies (RTX.N), Lockheed Martin Corp (LMT.N), General Dynamics Corp, Northrop Grumman (NOC.N) dan L3Harris Technologies naik antara 1,7 persen dan 7 persen menyusul berita bahwa Jerman akan meningkatkan pengeluaran militernya.

Sektor keamanan siber tercatat menguat, saham Palo Alto Networks (PANW.O), Fortinet (FTNT.O), Zscaler (ZS.O) dan CrowdStrike Holdings naik antara 2,8 persen dan 7,3 persen.

Sementara itu saham Tesla (TSLA.O) melonjak 6,8 persen setelah kementerian lingkungan di negara bagian Brandenburg Jerman mengatakan sedang dalam tahap akhir dari proses persetujuan pembangunan pabrik Tesla di sana.

Krisis geopolitik yang memburuk telah menambah kekhawatiran investor tentang melonjaknya inflasi dan rencana kenaikan suku bunga Federal Reserve, menempatkan tiga indeks saham utama AS di jalur untuk kerugian bulan kedua berturut-turut.

S&P 500 dan Nasdaq bersiap untuk penurunan dua bulan terbesar sejak kejatuhan akibat pandemi pada Maret 2020. Indeks volatilitas CBOE (.VIX), juga dikenal sebagai pengukur ketakutan Wall Street, naik untuk sesi kedua berturut-turut.

Sementara itu Delta Air Lines Inc (DAL.N) turun 4,7 persen setelah Rusia menutup wilayah udaranya untuk maskapai penerbangan dari 36 negara sebagai tanggapan atas sanksi terkait Ukraina yang menargetkan sektor penerbangannya.

Saham First Horizon Corp (FHN.N) melonjak 28 persen setelah TD Bank Group (TD.TO) menawarkan untuk mengakuisisi bank AS dalam kesepakatan tunai senilai USD 13,4 miliar.

MENGUAT

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat hari ini jelang pengumuman inflasi oleh Badan Pusat Statistik. Pekan lalu, Jumat (25/2), IHSG ditutup menguat ke level 6.888,17 atau naik 1,03 persen. T

Head of Research MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan laju IHSG akan bergerak di level support 6.862 dan level tertinggi 6.960 di sepanjang perdagangan hari ini.

Overall, selama Bursa Indonesia libur, Indeks DJIA menguat serta harga beberapa komoditas mengalami kenaikkan. Jika dikombinasikan dengan turunnya yield obligasi berpotensi menjadi sentimen positif untuk Bursa Indonesia yang diperkirakan melanjutkan penguatannya di hari Selasa ini,” tulis Edwin dalam risetnya, Selasa (1/3).

Sementara itu, CEO Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan IHSG saat ini masih terlihat belum akan mengalami kenaikan signifikan. Potensi penguatan masih terlihat namun belum menunjukkan pola kenaikan secara signifikan.

Di sisi lain, hari ini Badan Pusat Statistik juga akan merilis data perekonomian tentang inflasi. Menurut William, inflasi disinyalir masih akan berada dalam kondisi stabil dan terkendali sehingga akan menjadi salah satu sentimen yang dapat menopang pergerakan IHSG hari ini.

“IHSG berpotensi menguat,” ujarnya.

Berikut beberapa saham unggulan yang direkomendasikan William: PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Astra International Tbk (ASII), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

 

 

Leave a Comment