Pada penutupan perdagangan Jumat (25/9/2021), Wall Street berakhir variatif. Karena terseret saham Nike (NKE.N) yang anjlok 6,2 persen, dua dari tiga indeks utamanya berada di zona merah.
Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 1,96 poin atau 0,01 persen menjadi 34.762,86, S&P 500 (.SPX) naik 0,61 poin atau 0,01 persen menjadi 4.449,59, dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 32,69 poin atau 0,22 persen menjadi 15.019.56.
Dilansir dari Reuters, Senin (27/9), pergerakan Dow dan S&P 500 berakhir di zona merah setelah dua hari reli, dipengaruhi oleh dengan perkiraan penjualan yang anjlok dari Nike. Saham pembuat pakaian olahraga itu turun 6,2 persen dan merupakan hambatan terbesar pada Dow dan S&P 500. Saham pengecer alas kaki Foot Locker (FL.N) juga turun 7,2 persen.
Saham perusahaan cryptocurrency Coinbase Global (COIN.O), MicroStrategy Inc (MSTR.O), Riot Blockchain (RIOT.O), dan Marathon Patent Group (MARA.O) jatuh setelah bank sentral China melarang kripto di perdagangan dan pertambangan.
Namun, keuntungan dalam sektor energi yang sensitif ekonomi (.SPNY), keuangan (.SPSY), dan industri (.SPLRCI) berbagi kerugian terbatas.
Saham Facebook naik 2 persen dan Tesla naik 2,7 persen. Begitu pun sektor jasa komunikasi S&P naik 0,7 persen dan merupakan sektor dengan keuntungan terbesar kedua setelah energi yang naik 0,8 persen.
“Beberapa hari terakhir telah menunjukkan tren yang jelas menuju pemulihan di pasar dan kembali ke level tertinggi,” kata Rick Meckler, yang merupakan mitra Cherry Lane Investments, kantor investasi keluarga di New Vernon, New Jersey.
Menurut Meckler, ada banyak hal yang perlu dikhawatirkan seperti potensi gagal bayar perusahaan properti China Evergrande Group dan keputusan Bank Sentral AS The Fed yang akan mengurangi pembelian obligasi bulanan “segera”.
“Dengan suku bunga serendah ini dan dengan stimulus fiskal yang mungkin Anda lihat akan datang, saya pikir investor masih lebih memilih saham daripada instrumen lainnya seperti obligasi. Saham masih jadi pilihan aman yang dilihat investor,” katanya.
DIPREDIKSI TERTEKAN
Mengawali pekan ini, Senin (27/9/2021), indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi tertekan, dipengaruhi minimnya sentimen positif jelang akhir kuartal III 2021. Meski begitu, simak deretan saham yang layak dicermati.
Kepala Riset Equity Technical Analyst Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi mengatakan secara teknikal IHSG menguji resistance upper bollinger bands setelah di tengah pekan bergerak whipsaw di level support lower bollinger bands dan Moving Average 200 hari.
Arah pergerakan masih cenderung positif dalam uptrend jangka menengah dengan target resistance selanjutnya berada di 6.150-6.200. Indikator stochastic terkonsolidasi positif pada area dekat overbought.
“Sehingga secara teknikal IHSG berpotensi melanjutkan penguatannya di awal pekan dengan support resistance 6.106-6.198,” katanya dalam riset harian.
Adapun saham-saham yang dapat dicermati secara teknikal di antaranya: ANTM, ASII, BFIN, CPIN, HOKI, ICBP, MCAS, SMGR, SMRA, TBIG, TINS.
Direktur Utama Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan perkembangan pergerakan IHSG masih akan berada dalam fase konsolidasi wajar dikarenakan masih minimnya sentimen yang dapat mem-booster kenaikan IHSG hingga jelang berakhirnya kuartal yang ketiga, sedangkan para investor asing terlihat mulai mencatatkan pertumbuhan capital inflow yang kembali pada pasar modal Indonesia.
“Hal ini tentunya mulai menunjukkan kepercayaan para investor terhadap pasar modal Indonesi. Dengan begitu, momentum tekanan masih dapat terus dimanfaatkan oleh investor baik jangka pendek, menengah maupun panjang, dikarenakan dengan pergerakan fluktuatif yang terjadi dalam IHSG dapat dimanfaatkan untuk melakukan trading ataupun investasi jangka pendek,” kata dia.
IHSG diprediksi di level 5.969 – 6.202 pagi ini. Adapun saham yang layak dicermati adalah ICBP, BBCA, BBRI, ASII, TLKM, AKRA, dan BSDE. (*)