Ketiga indeks utama Wall Street kembali menguat atau rebound pada penutupan perdagangan pekan lalu. Investor berharap stimulus fiskal yang digelontorkan pemerintah AS dapat menangkal resesi global akibat pandemi virus corona.
Dilansir Reuters, Senin (16/3), Dow Jones Industrial Average naik 285,80 poin atau 1,35 persen pada 21.486,42, indeks sedangkan S&P 500 naik 32,46 poin atau 1,31 persen pada 2.513,10, dan Nasdaq Composite naik 73,81 poin atau 1,02 persen menjadi 7.275,61.
Ketiga indeks saham naik lebih dari 6 persen di awal perdagangan, menyusul aksi jual harian terburuk selama lebih dari tiga dekade. Investor juga berharap stimulus fiskal AS dapat menjadi resep ampuh hadapi virus corona.
Saham perjalanan, yang biasanya terpuruk, justru memimpin kenaikan, dengan indeks maskapai S&P 1500 naik 1,2 persen. Operator hotel Marriott International Inc, Hilton Worldwide Holdings, dan Hyatt Hotels Corp naik antara 2,1 persen dan 4,3 persen.
Sektor teknologi naik 2,3 persen dan sektor keuangan naik 3,4 persen, karena imbal hasil obligasi AS naik.
Namun saham energi mencapai 2,3 persen lebih rendah dari penutupan sebelumnya, sedangkan saham utilitas turun 0,6 persen.
Meski sebagain besar saham rebound, namun tingkat kekhawatiran investor melalui indeks CBOE semakin meningkat. Bahkan berada di level tertinggi sejak krisis keuangan 2008.
Mengutip data Macro Trends, indeks CBOE pada akhir pekan lalu sebesar 75,47 poin, naik 447,68 persen dari tahun sebelumnya. Sementara di 2008, indeks CBOE hanya 40,00 atau naik 77,78 persen.
“Ada semacam kegelisahan di pasar mengenai apa rencana selanjutnya dan bagaimana kita akan mengatasi ini. Pada titik ini, saya merasa risiko lebih ke penurunan ekonomi,” kata Gordon Charlop, direktur pelaksana Rosenblatt Securities di New York.
Apple Inc naik 3,4 persen, memberikan dorongan terbesar untuk benchmark S&P 500, setelah produsen iPhone ini mengatakan akan membuka kembali 42 tokonya di China.
Begitu juga dengan saham Boeing Co yang melonjak 6,5 persen, namun masih berada di level penurunan mingguan terburuk. Investor masih khawatir tentang ‘bakar uang’ di perusahaan maskapai.