Tiga Negara yang Paling Sering Intervensi Forex

Sebagian besar negara di dunia menganut sistem nilai tukar mengambang, sehingga membiarkan kurs mata uangnya berfluktuasi sesuai dengan permintaan dan penawaran di pasar internasional tanpa campur tangan pemerintah. Namun, ada pula beberapa negara yang melepaskan mata uangnya di pasar internasional sambil terus melakukan intervensi forex setiap kali nilai tukar menyimpang dari batas toleransi pemerintah.

Tiga Negara yang Paling Sering Intervensi Forex

Pemerintah biasanya melaksanakan intervensi forex dengan menjual atau membeli valuta asing untuk memengaruhi nilai tukar mata uangnya. Jika ingin menaikkan nilai tukar, maka pemerintah akan menjual persediaan valasnya dan membeli mata uangnya sendiri. Sedangkan jika ingin melemahkan nilai tukar, maka pemerintah akan menjual mata uangnya sendiri untuk meningkatkan persediaan valasnya.

Berikut ini beberapa negara yang paling sering intervensi forex demi memperkuat ataupun memperlemah nilai tukar mata uangnya:

  1. China: People’s Bank of China (PBOC) terkenal sering mengimbau bank-bank milik pemerintah untuk membeli atau menjual valas, khususnya jika nilai tukar Yuan (Renminbi) di pasar internasional sudah menyimpang terlalu jauh dari rentang nilai tukar acuan yang ditentukannya.
  2. Jepang: Bank of Japan (BoJ) biasanya membiarkan nilai tukar Yen melemah demi meningkatkan daya saing produk-produk ekspornya, tetapi kadang-kadang turun tangan untuk meredam volatilitas yang terlalu tinggi. Pada tahun 2024, BoJ melakukan intervensi forex sebanyak dua kali. BoJ belum melakukannya lagi pada tahun 2025, tetapi Menteri Keuangan Jepang sudah berulang kali menyampaikan peringatan di tengah gejolak kurs Yen belakangan ini.
  3. Swiss: Swiss National Bank (SNB) terkenal aktif melakukan intervensi forex demi mencegah penguatan kurs CHF secara berlebihan, karena nilai tukar yang terlalu kuat dapat mencederai bisnis ekspor barang mewahnya. Contohnya, pembelian valas SNB naik pesat CHF49 juta pada kuartal I/2025 menjadi CHF5,1 miliar pada kuartal II/2025.

Negara-negara berkembang seperti Indonesia, India, dan Malaysia juga sering melakukan intervensi forex. Bedanya, negara berkembang biasanya mengintervensi dengan melego cadangan devisa valasnya demi mencegah pelemahan nilai tukar mata uangnya secara berlebihan.

Negara berkembang lebih tergantung pada impor daripada negara-negara maju. Jika nilai tukar mata uang terlalu lemah, harga komoditas impor bakal semakin mahal dan berisiko meningkatkan inflasi ataupun menimbulkan krisis keuangan.

Tagged With :

Leave a Comment