Bank sentral, The Fed, diprediksi akan memenuhi ekspektasi penurunan suku bunga di Juni 2024 mendatang. Hal tersebut memicu isaham Amerika Serikat (AS) atau wall street mewaspadai potensi kenaikan indeks pada kuartal II 2024.
Adapun wall street pada Jumat (29/3) libur karena merayakan hari paskah. Meski begitu, mengutip Reuters, Senin (1/4), indeks S&P 500 mengakhiri kuartal pertama dengan kenaikan lebih dari 10 persen, kenaikan kuartal pertama terbesar sejak lonjakan hampir 13,1 persen pada kuartal pertama tahun 2019.
Pasar saham nantinya akan bergantung pada keputusan The Fed terkait suku bunga, karena data inflasi menunjukkan penurunan. Sehingga membuka peluang baru bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga.
“Pasar dan The Fed akhirnya selaras dalam ekspektasi, namun hal ini memberikan tekanan yang lebih besar pada setiap laporan ekonomi yang keluar karena tidak perlu banyak hal untuk membuat semua orang melakukan hal yang sama,” kata Joe Kalish, Chief Global Macro Strategist di Penelitian Ned Davis.
“Kami memperkirakan akan terjadi lebih banyak volatilitas jika kami tidak melihat lebih banyak kemajuan dalam hal inflasi,” tambah dia.
Selain itu, investor juga akan fokus pada data-data ekonomi yang dirilis pekan ini meliputi dta manufaktur ISM, jasa ISM, dan laporan tenaga kerja (non farm payrolls), yang diperkirakan akan naik 198.000 pekerjaan pada Maret 2024.
Tapi kemungkinan perlambatan pasar juga akan sangat bergantung pada pendapatan perusahaan, yang ternyata sangat kuat dan membantu mendorong S&P 500 ke serangkaian rekor penutupan tertinggi meskipun pasar mengubah kebijakan suku bunga.
Suku bunga yang tinggi kemungkinan akan membebani belanja konsumen dan perusahaan, dengan analis memperkirakan pertumbuhan pendapatan sebesar 5,1 persen pada kuartal pertama. Perusahaan mulai melaporkan hasilnya dengan sungguh-sungguh pada minggu kedua bulan April.
“Jika pendapatan terus mengejutkan secara positif, The Fed akan kesulitan membenarkan pemotongan tiga kali pada tahun ini,” kata Roland. Tetapi jika kita melihat inflasi menjadi stabil, maka percepatan kembali perekonomian ini bisa menjadi sesuatu yang lebih berkelanjutan,” tulis Emily Roland, Co-Chief Investment Strategist di Manajemen Investasi John Hancock.