Saham Energi Turun, Wall Street Merosot

Pada penutupan perdagangan Rabu (23/6/2022), indeks utama Wall Street berakhir lebih rendah. Saham energi yang menurun serta sikap investor yang masih mencerna pernyataan Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, tentang tujuan bank sentral untuk menurunkan inflasi, itu yang mempengaruhi penurunan.

Mengutip Reuters, Kamis (23/6), Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 47,12 poin atau 0,15 persen menjadi 30.483,13, S&P 500 (.SPX) kehilangan 4,9 poin atau 0,13 persen menjadi 3.759,89, dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 16,22 poin atau 0,15 persen menjadi 11.053,08.

Powell mengatakan The Fed berkomitmen kuat untuk menurunkan inflasi yang saat ini berada pada level tertinggi selama 40 tahun. Selain itu, ia juga menekankan pihaknya berupaya untuk mencegah terjadinya resesi di AS

Di sisi lain, investor mencoba menilai seberapa jauh saham bisa jatuh karena mereka mempertimbangkan risiko terhadap ekonomi dengan kenaikan suku bunga The Fed untuk meredam lonjakan inflasi. S&P 500 di awal bulan ini turun lebih dari 20 persen dari level tertinggi sepanjang masa di Januari.

Sektor energi (.SPNY), yang telah menjadi kinerja yang kuat tahun ini, turun 4,2 persen karena penurunan harga minyak dunia. Penurunan Exxon Mobil (XOM.N), Chevron (CVX.N) dan Conocophillips (COP.N) adalah hambatan terbesar pada S&P 500. Penurunan 0,4 persen di sektor teknologi kelas berat (.SPLRCT) juga turut membebani Wall Street.

Saham real estate (.SPLRCR), perawatan kesehatan (.SPXHC) dan utilitas (.SPLRCU) adalah sektor S&P 500 dengan perolehan tertinggi. Real estate naik 1,6 persen, perawatan kesehatan naik 1,4 persen dan utilitas bertambah 1 persen.

Saham Moderna Inc (MRNA.O) naik 4,7 persen setelah perusahaan mengatakan versi terbaru dari vaksin COVID-19 menghasilkan respons kekebalan yang kuat terhadap subvarian Omicron.

Baca Juga:   Wall Street Ditutup Melemah, Imbas Pengangguran di Amerika Serikat Melonjak

Sekitar 12,2 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata harian 12,5 miliar selama 20 sesi terakhir.

POTENSI TERTEKAN

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi tertekan pada perdagangan hari ini, Kamis (23/6). Pada perdagangan sebelumnya, Rabu (22/6), IHSG ditutup melemah 59,76 poin atau 0,85 persen ke posisi 6.984,31.

CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya mengatakan pola gerak IHSG saat ini dibayangi oleh beberapa faktor, di antaranya sentimen penetapan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, volatilitas market global dan regional, serta volatilitas harga komoditas.

“Sisi lain penopang pergerakan IHSG masih berasal dari kondisi kestabilan perekonomian dalam negeri dan mulai berpusatnya roda keekonomian dalam negeri. Hari ini IHSG berpotensi tertekan,” kata William dalam prediksinya, dikutip Kamis (23/6).

William memprediksi pergerakan IHSG berada di rentang 6.888 – 7.074. Sementara saham yang ia rekomendasikan meliputi JSMR, PWON, ASRI, HMSP, UNVR, TLKM, BINA, TBIG, dan KLBF.

Sementara, Research Analyst Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper memprediksi IHSG akan melemah. Menurutnya, investor akan mencerna pidato Gubernur The Fed, Jerome Powell terkait kebijakan ekonomi ke depan. Selain itu, investor akan mencermati hasil keputusan suku bunga Bank Indonesia yang akan diumumkan pada siang ini.

“IHSG diprediksi melemah. Secara teknikal candlestick membentuk long back body setelah tertahan di resistance kuat MA50, sehingga mengindikasikan tren pelemahan,” ungkap Dennies.

 

Leave a Comment