Hingga pembukaan sesi Australia Kamis pagi ini, Dolar New Zealand masih terkonsolidasi di level rendah yang terbentuk kemarin. Mata uang berjuluk Kiwi tersebut jeblok terhadap Dolar AS, setelah Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) mengumumkan kemungkinan pemotongan suku bunga (Rate Cut).
Dari Mungkin Jadi Sangat Mungkin
Di luar ekspektasi, RBNZ menyatakan bahwa kebijakan moneter selanjutnya kemungkinan besar dapat berupa pemotongan suku bunga. Pernyataa tersebut seolah mengabaikan pandangan netral dalam review kebijakan sebelumnya. Dengan demikian, RBNZ akhirnya tergabung dalam jajaran bank sentral mayor yang mengadopsi kebijakan dovish.
Melambatnya ekonomi global dan kemungkian berakhirnya kebijakan moneter ketat Federal Reserve AS, telah menukar ekspektasi pemotongan suku bunga di benua Asia-Australia dari ‘mungkin’ menjadi ‘bisa-jadi’.
NZD/USD terjun bebas 1.48 persen ke kisaran 0.6799 saat berita ini ditulis. Sedangkan Dolar Australia, terseret turun 0.67 persen.
“RBNZ mengikuti The Fed ke teritori dovish, dan menjadi kian jelas, bahwa hanya sedikit bank sentral yang ingin terperangkap dalam sisi The Fed yang keliru,” kata Brad Bechtel, global head of FX di Jefferies. “Maksudnya begini, mengapa kita harus bertahan untuk netral atau hakwish jika The Fed saja mengambil pandangan netral ke dovish?” tambah analis tersebut.
Dolar AS Terkesan Menguat Karena Hal Ini
Kendati demikian, mata uang-mata uang mayor masih bergerak dalam volatilitas rendah sehubungan dengan rentannya minat risiko setelah aksi sell-off minggu lalu, yang dilatarbelakangi oleh kekhawatiran akan perlambatan global.
Menurut analis ING, walaupun The Fed terbilang dovish minggu lalu, pelemahan Dolar AS perlahan memudar karena investor belum bisa menghapus kekhawatiran mereka tentang perlambatan pertumbuhan global. Di samping itu bank sentral negara maju lainnya terbilang lebih dovish daripada The Fed. Oleh sebab itulah, Dolar AS tetap perkasa terhadap mata uang-mata uang lainnya.